2 Tawarikh 5:2-14

… “Sebab Ia baik! Sesungguhnya untuk selama- lamanya kasih setia-Nya”….

(2 Tawarikh 5:13)

Seorang pendeta mengunjungi seorang nenek yang baru saja menjalani operasi. Setelah berbincang- bincang, sang pendeta bermaksud mendoakan nenek tersebut. Sebelum berdoa, sang pendeta bertanya, “Adakah hal yang ingin didoakan, Nek?” Nenek tersebut menjawab, “Tentu, saya ingin didoakan agar sembuh. Namun, sebelum berdoa, bisakah kita menyanyikan satu pujian dari Kidung Jemaat 64?” Dengan suara yang bergetar, ia pun bernyanyi, “Maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allahku.” Sang pendeta terdiam dan tertegun.

Nyanyian adalah seni sekaligus cara paling sederhana untuk mengungkapkan keagungan dan kebesaran TUHAN. Apabila dinyanyikan dengan benar di tempat yang tepat, maka keindahan nyanyian tersebut akan tampak. Bacaan hari ini mengungkapkan hal itu. Saat Bangsa Israel mendapatkan kesempatan mendirikan Bait Allah, di sanalah seluruh umat meneguhkan diri dalam pujian. Sekalipun acara penahbisan Bait Allah penuh dengan tata cara yang terkesan merepotkan, keindahan dan keagungan tetap terasa. Karena itulah, pujian “Sebab Ia baik, sesungguhnya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” menjadi tema yang kuat berkumandang saat Bait Allah itu berdiri. Seruan pujian tersebut seakan menjadi penopang dari bangunan kokoh itu. Terlebih lagi, kegentaran saat Bait Allah berdiri semakin memperkuat gambaran iman yang terarah kepada TUHAN.

Bagi kita, orang Kristen, nyanyian bukanlah sesuatu yang asing. Di antara banyaknya nyanyian, pasti ada yang paling dekat dengan hidup kita, bahkan secara tidak langsung ikut berkontribusi menjembatani iman kita agar semakin terarah kepada Tuhan. Maka, marilah kita memuji Dia, “Haleluya!”

1. Bagaimana proses pemindahan Tabut Perjanjian ke Bait Allah?
2. Adakah nyanyian yang menyentuh dan menguatkan imanmu?

Pokok Doa: Menghayati kehadiran Tuhan dan memuji-Nya dalam nyanyian.