Pengkhotbah 2:22-26

Tak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan minum dan bersenang- senang dalam jerih payahnya.        ini pun

dari tangan Allah.

(Pengkhotbah 2:24)

Teens, mungkin kita sering menggunakan istilah hedon. Istilah ini berasal dari kata Yunani hēdonē yang berarti kesenangan atau kenikmatan. Dalam konteks percakapan sehari-hari, istilah ini sering dipakai untuk mengekspresikan gaya hidup yang menekankan kebahagiaan pribadi, kesenangan instan, dan kesenangan sensorik. Media sosial dan budaya populer sering kali mempromosikan gaya hidup hedonistik ini dalam bentuk pengalaman yang memuaskan secara instan, seperti wisata, kuliner, dan hiburan. Dalam filsafat Hedonisme, filsuf Epicurus menganggap kesenangan sebagai tujuan hidup yang paling penting, tetapi bila hal itu dicapai melalui ketenangan batin, bukan dengan mengumbar nafsu.

Teens, Pengkhotbah mengatakan bahwa dalam hidup yang singkat ini, ada hal-hal yang perlu kita rayakan, seperti makan, minum, dan bersenang-senang menikmati hasil usaha kita. Bahkan, itu pun adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian, kita tidak harus selalu menghindarkan diri atau menolak kesenangan dan kegembiraan dalam hal-hal yang kita lakukan. Namun di sisi lain, bukan berarti bahwa hanya kesenanganlah satu-satunya tujuan hidup kita. Kita perlu tahu bahwa konteks Pengkhotbah ini adalah cakupan hidup yang diliputi oleh kematian. Dalam beratnya kehidupan yang dibayangi kematian, tetap ada aspek hidup yang bisa kita nikmati dan rayakan, seperti makan dan minum.

Teens , kita pun perlu belajar melihat seluruh aspek kehidupan secara seimbang. Bukan berarti hidup ini melulu susah seolah tidak layak bagi kita untuk menikmatinya. Bukan berarti pula hidup ini melulu kesenangan sehingga hanya itu yang kita kejar. Hidup ini memang berat dan susah. Namun, di tengah beratnya hidup ini, ada hal-hal yang juga bisa kita nikmati. Marilah bijaksana untuk melihatnya secara seimbang.