Pengkhotbah 4:4-6

Aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala keterampilan dalam pekerjaan berasal dari rasa iri seseorang terhadap yang lain….

(Pengkhotbah 4:4)

Istilah flexing, dalam bahasa Inggris berarti “melenturkan” atau “memamerkan”. Istilah ini sering digunakan dalam budaya populer dan pergaulan modern untuk menggambarkan perilaku pamer. Banyak orang melakukan flexing sebagai cara untuk mendapatkan validasi atau pengakuan dari orang lain. Mereka berlomba-lomba menunjukkan kehidupan yang paling sempurna atau mewah. Di media sosial, flexing sering kali muncul dalam bentuk unggahan foto atau video yang menampilkan gaya hidup mewah, barang-barang mahal, atau pencapaian luar biasa. Hal ini dapat menimbulkan rasa iri bagi orang lain. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak orang yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan gaya hidup mewah seperti yang mereka lihat dari berbagai perilaku flexing di media sosial.

Menurut Pengkhotbah, segala jerih payah dan usaha yang dilakukan manusia adalah karena iri hati terhadap yang lain. Mereka ingin menyamai, bahkan melebihi orang lain. Mereka tidak ingin dianggap kurang dibandingkan dengan orang lain. Dalam batas tertentu, hal ini bisa memotivasi seseorang untuk menjadi lebih giat dalam berusaha, tetapi di sisi lain juga bisa menyebabkan stres atau depresi.

Teens, kita perlu menyadari keterbatasan diri. Selain itu, kita juga harus berusaha melakukan pengendalian diri. Bila perlu, lakukan detoks digital dengan membatasi paparan media sosial, sehingga berbagai perilaku flexing tidak memengaruhi pikiran kita terus-menerus dan menimbulkan rasa iri. Rasa iri hanya akan merusak diri kita sendiri. Belajarlah untuk melihat dan menerima kenyataan yang ada, tak perlu masuk dalam ilusi hidup orang lain.