Kisah Para Rasul 2:1-11

Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh

itu kepada mereka untuk dikatakan.

(Kisah Para Rasul 2:4)

Teens, tahukah kamu bahwa Indonesia memiliki 733 bahasa daerah? Bayangkan jika seseorang dari Jawa berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan seseorang dari Batak, lalu orang Batak itu membalas dengan bahasa Batak. Apa yang kira-kira akan terjadi? Pasti akan sulit saling memahami. Syukurlah ada bahasa Indonesia, bahasa pemersatu kita. Siapa pun, dari daerah mana pun, dapat berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam peristiwa Pentakosta, para murid menerima urapan Roh Kudus dan diberi karunia untuk berbicara dalam bahasa yang dapat dipahami oleh orang-orang yang sedang berkumpul di Yerusalem. Pada saat itu, Hari Pentakosta Yahudi dirayakan sebagai bentuk syukur atas panen raya. Biasanya, pada perayaan besar seperti itu, seluruh orang Yahudi yang merantau ke daerah-daerah lain akan kembali berkumpul di Yerusalem. Bisa dibayangkan, mereka berbicara dengan bahasa daerah masing-masing, bahasa yang mungkin sulit dipahami satu sama lain. Namun, karena kuasa Roh Kudus, para murid dimampukan untuk berbicara dalam bahasa yang dimengerti oleh orang-orang yang hadir di Yerusalem. Mereka menyampaikan perbuatan-perbuatan besar Allah.

Teens, peristiwa Pentakosta mengingatkan kita bahwa untuk bersaksi tentang Tuhan tidak perlu menggunakan bahasa yang tinggi atau seperti khotbah pendeta. Kita bisa menggunakan bahasa sehari-hari melalui pergaulan. Bahasa itu dapat berupa obrolan yang mengingatkan tentang siapa Tuhan, perkataan yang sopan dan baik, komentar, atau keterangan (caption) yang dapat menjadi inspirasi tentang kebaikan Tuhan, dan sebagainya. Ingatlah bahwa Roh Kudus ada dalam setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Roh itu pula yang akan memberi kita energi dan kekuatan untuk memberitakan perbuatan Tuhan yang penuh kasih melalui perkataan dan tindakan sehari-hari.