Efesus 4:7-16

Sehingga kita bukan lagi anak-anak….

(Efesus 4:14)

Ada petikan kalimat yang terkenal, “Menjadi tua pasti, menjadi dewasa pilihan.” Kalimat ini mengajak setiap pembacanya untuk mempersiapkan sekaligus melayakkan diri menjadi dewasa. Bagaimanapun juga, kedewasaan itu bukan hanya soal fisik, tetapi juga kognisi, spiritual, sosial, emosi, dan identitas diri. Aspek-aspek ini memengaruhi bagaimana seseorang menjadi dewasa dan matang menghadapi segala permasalahan kehidupan.

Paulus menasihati jemaat Efesus agar mereka mengembangkan diri menjadi pribadi-pribadi yang dewasa. Dewasa dalam konteks Efesus adalah dewasa iman, yaitu iman yang juga membuahkan akal budi yang kritis. Iman yang dewasa akan mampu menerima didikan yang benar, baik dari nabi-nabi, pengajar-pengajar, maupun gembala-gembala. Hingga akhirnya, semangat persekutuan dihidupi dalam kesatuan iman dan pengetahuan. Inilah yang bagi Paulus adalah kedewasaan yang utuh. Bahkan, persekutuan yang kuat dalam iman tersebut membuat mereka tidak lagi bisa digoyahkan maupun diombang-ambingkan oleh pengajaran-pengajaran palsu. Kunci dari iman yang bertumbuh adalah kesadaran berpegang teguh pada kebenaran yang dihidupi dalam persekutuan kasih.

Youth, pada titik tertentu kedewasaan akan diuji dengan berbagai hal. Semua itu bisa mendatangkan kesesatan berpikir dan beriman, tetapi bisa juga sebaliknya membuat kita semakin matang dan cakap dalam beriman. Di tengah tantangan kehidupan yang menuntut kedewasaan iman, kita mempunyai pegangan bagi pertumbuhan kedewasaan kita, yaitu Kristus. Dengan hidup di dalam Kristus, kita tidak hanya sekadar bertambah usia, tetapi juga dewasa dalam iman. Mari beriman dengan kedewasaan yang utuh.

1. Tantangan apakah yang dihadapi oleh jemaat Efesus?
2. Apakah kamu merasa telah menjadi manusia dewasa?

Pokok Doa: Bersedia belajar menjadi dewasa.