Bacaan: 1 Yohanes 3:11-17

Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita….

(1 Yohanes 3:14)

Budi menyadari betapa berharganya hidup ini justru saat ia pulih setelah cukup lama mengalami kondisi kritis. Hidup ini terbatas, dan tidak seorang pun tahu sampai kapan batas hidupnya. Budi bersyukur karena masih memiliki kesempatan untuk hidup, meskipun ia tidak tahu berapa lama. Itulah sebabnya ia mulai mengatur prioritas dalam hidupnya. Jika selama ini ia banyak menyimpan amarah dan kepahitan, ia bertekad untuk melepaskan semuanya itu. Ia belajar mengampuni dan mengasihi.

Surat Yohanes yang pertama mengusung tiga kata kunci, yaitu kasih, kebenaran, dan hidup kekal. Ternyata, kasih dan hidup kekal memiliki hubungan yang erat. Rasul Yohanes, yang dipercaya sebagai penulis Surat Yohanes, dikenal sebagai murid yang dekat dengan Yesus. Ia kerap menyebut dirinya sebagai “murid yang dikasihi Yesus.” Bagi Yohanes, mengenal dan menjalin persekutuan yang intim dengan Yesus adalah hidup kekal itu sendiri. Jika seseorang sudah mengenal Yesus atau mengalami hidup kekal, ia dapat mengakui bahwa kasih adalah yang terutama. Ia sudah berpindah dari maut kepada hidup.

Ada banyak hal yang dapat menimbulkan kepahitan dalam hidup kita. Kepahitan hanya membawa penderitaan. Itulah sebabnya Kristus datang untuk memberikan kasih yang menghidupkan.

DOA:

Tuntunlah kami agar dapat mengalami kasih-Mu yang menghidupkan sehingga kami pun dapat membagikan kasih dan pengampunan kepada siapa pun. Amin.