
KETIDAKADILAN YANG TERLIHAT
Ayub 24:1-8

“Mengapa Yang Maha Kuasa tidak menetapkan masa penghukuman dan mereka yang mengenal Dia tidak melihat hari pengadilan-Nya?”
(Ayub 24:1)
Dian adalah gadis berusia 12 tahun yang cerdas dan penuh semangat. Ia selalu berusaha melakukan yang terbaik di sekolah dan di rumah, berharap orangtuanya memberikan apresiasi kepadanya. Namun, ada satu hal yang selalu membuat hatinya sedih, yaitu perlakuan ayahnya yang berbeda terhadap dirinya dan adiknya, Ardi, yang berusia 10 tahun. Setiap kali Ardi melakukan kesalahan, ayahnya hanya menegur dengan lembut dan memaafkan dengan mudah. Tetapi, ketika Dian melakukan sedikit kesalahan, ayahnya sering kali menegurnya dengan keras dan memberi hukuman. Dian merasa tidak dicintai dan diperlakukan tidak adil.
Ayub, dalam perenungannya, melihat dengan jelas ketidakadilan di sekitarnya. Ada orang yang menggeser batas tanah dan merampas kawanan ternak milik orang lain. Ternak orang miskin diambil dan digadaikan, sehingga orang miskin semakin kesulitan dalam menghidupi diri. Dalam situasi yang tidak adil itu, wajar jika muncul pertanyaan tentang kekuasaan TUHAN: “Mengapa Allah tidak menghukum orang fasik yang berlaku tidak adil itu?” Namun, Ayub tetap percaya bahwa Allah akan bertindak (ay. 22-24).
Hari ini kita belajar dari Ayub. Walaupun sempat terpuruk, Ayub tetap peduli terhadap orang yang diperlakukan tidak adil. Sebagai orang Kristen, kita harus mengikuti teladannya dan berbuat adil, mulai dari keluarga.
REFLEKSI:
Jangan menunggu diperlakukan tidak adil untuk dapat memperjuangkan keadilan.
Ayb. 24:1-8; Mzm. 25:11-20; Yak. 2:1-7
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama