Roma 3:1-8

Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?

(Roma 3:3)

Salah satu kecenderungan manusia dalam berinteraksi sosial adalah bertindak secara transaksional. Tindakan transaksional melibatkan pertukaran antara dua pihak, di mana kedua belah pihak memberikan sesuatu dengan harapan menerima sesuatu yang setara atau setimpal. Bahkan, kebaikan atau kejahatan akan dibalas dengan perbuatan yang sama. Termasuk di dalamnya, kita akan setia, jika teman kita setia.

Dalam Roma 3:1-8, Paulus berbicara tentang keunggulan orang Yahudi dan tanggung jawab mereka dalam menyampaikan firman Allah. Paulus menyatakan bahwa menjadi seorang Yahudi dan bersunat berarti memiliki tanggung jawab besar karena kepada mereka dipercayakan firman Allah. Keunggulan ini bukan tentang status, melainkan tanggung jawab dalam menjaga, menyebarkan, dan menaati firman. Meskipun mereka gagal melakukannya, Paulus menegaskan bahwa ketidaksetiaan manusia tidak membatalkan kesetiaan Allah. Allah tetap benar dan setia pada janji-Nya, meskipun manusia seringkali gagal menjalankan perintah-Nya. Paulus menegaskan bahwa ketidaksetiaan manusia tidak memengaruhi sifat Allah yang setia. Allah tetap setia pada janji-Nya dan perjanjian-Nya, meskipun manusia seringkali gagal menjalankan bagian mereka.

Teens, mungkin kita cenderung mempertimbangkan loyalitas atau kesetiaan orang lain dalam menentukan tindakan kita. Namun, Allah tidak seperti manusia yang cenderung bertindak secara transaksional. Kesetiaan-Nya tidak bergantung pada respons atau tindakan manusia. Meskipun kita sering jatuh dalam dosa atau gagal menjalankan tanggung jawab kita, Allah tetap setia dalam kasih karunia dan janji-Nya. Biarlah kesetiaan Allah yang kita alami ini menguatkan kita untuk bertobat dari ketidaksetiaan kita, serta tetap melakukan apa yang baik, meskipun orang lain tidak membalas dengan kebaikan yang sama.