Mazmur 23

Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang ….
(Mzm. 23:2)

Adalah hal yang wajar apabila seorang pemimpin memerintah bawahannya. Relasi atasan dan bawahan yang demikian lumrah terjadi di dalam dunia kerja. Pemimpin berhak memerintahkan hal-hal untuk dilakukan oleh bawahannya. Bawahan harus patuh dan taat pada perintah atasannya. Namun, seorang pemimpin juga wajib memenuhi hak-hak para pekerjanya.

Mazmur 23 adalah mazmur yang cukup populer, bahkan banyak dipakai menjadi syair lagu. Mazmur ini menggambarkan relasi antara Allah dan manusia melalui analogi gembala dan domba. Relasi gembala dan domba ini berbeda dengan relasi atasan dan bawahan di dunia sekuler. Di ayat 2 dikatakan, “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau.” Hal ini bukan berarti bahwa sang gembala membaringkan dombanya satu per satu, melainkan sang gembala menuntun domba-dombanya ke padang rumput. Artinya, Allah bukanlah sosok yang memperlakukan manusia seperti robot. Ia bukan memerintah, melainkan mengarahkan dan membimbing. Ia tidak nge-bos-i, tetapi menjadi sahabat.

Youth, kita tuh tipikal orang yang suka memerintah enggak, ya? Sesungguhnya, gembala atau pemimpin bukanlah orang yang memerintah sana sini. Yang terpenting dari seorang gembala adalah teladan dan bimbingannya. Cukuplah menjadi orang yang hadir, mengarahkan, dan menunjukkan apa yang perlu dilakukan, tanpa harus memerintah atau bersikap nge-bos-i. Layaknya Allah yang mau dekat dan mengarahkan umat-Nya, kiranya kita juga mau menjadi pembimbing yang memberi teladan baik bagi banyak orang.

1. Gembala seperti apa yang digambarkan dalam Mazmur 23?
2. Bagaimana cara menjadi pemimpin yang bukan hanya memerintah?

Pokok Doa: Menjadi teladan yang baik dan mampu mengarahkan.