1 Tesalonika 3:1-13

Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus ….
(1 Tesalonika 3:2)

Tahukah kamu pada usia berapa Timotius, anak rohani Paulus, menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan menjadi hamba Tuhan? Menurut para penafsir, pada usia sekira 15 tahun. Wow! Masih sangat muda, ya. Timotius lahir dari perkawinan campuran, ibunya seorang Yahudi dan ayahnya orang Yunani. Sejak kecil ia dididik akan Kitab Suci oleh Eunike, ibunya, dan Lois, neneknya.

Saat Paulus berada di Atena untuk memberitakan Injil, ia mengutus Timotius untuk menggembalakan jemaat Tesalonika. Paulus mengetahui kualitas anak rohaninya ini, sehingga ia memercayakan pengajaran jemaat kepadanya. Surat ini ditulis untuk mengevaluasi kinerja Timotius dan dampak yang ia hasilkan bagi jemaat Tesalonika. Paulus sangat bergembira ketika Timotius kembali kepadanya dan menyampaikan betapa jemaat hidup dalam percaya kepada Kristus dan saling mengasihi. Laporan tentang kemajuan iman jemaat itu membuat Paulus makin rindu untuk segera bertemu dengan jemaat di Tesalonika. Sebelum semuanya itu terjadi, Paulus terus mendoakan agar jemaat Tesalonika makin mengasihi satu sama lain dan makin mengasihi semua orang. Paulus yang memberdayakan Timotius menjadi rasul sangat bersyukur atas keberhasilan anak rohaninya itu dalam membekali dan menopang jemaat yang makin taat bersekutu dan mengasihi semua orang.

Teens, kamu juga dapat menjadi Timotius-Timotius baru. Tentu saja tidak harus menjadi misionaris atau pendeta. Berkarya melalui berbagai talenta yang dikaruniakan Tuhan, sangat mungkin dilakukan di usia muda. Saat ini remaja sangat lekat dengan kemajuan teknologi informasi. Sebagai digital native , pelayanan kreatif kepada Tuhan dapat dikerjakan. Mari banjiri sosial media dengan konten rohani yang membangun iman. Melayani Tuhan di usia remaja melalui talenta karunia- Nya? Why not!