Matius 14:13-21

Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

(Matius 14:14)

Pdt. Eka Darmaputera berpendapat bahwa banyaknya buku tentang “bagaimana” menjadi seorang pemimpin yang baik menegaskan bahwa sering kali pemimpin itu hanya diukur dari kemampuannya saja. Tidak mengherankan dalam kehidupan sehari-hari, berbagai pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kualitas keterampilan tersebut. Mulai dari melatih senyum sampai melatih ngeyel agar pendapatnya dapat diterima. Padahal, jiwa dari kepemimpinan bukanlah terlihat dari keterampilan belaka, melainkan spiritualitas takut akan Tuhan yang membuahkan aksi penuh kasih. Singkatnya, seorang pemimpin perlu memiliki hati yang penuh belas kasih atau compassion.

Kisah Yesus yang memberi makan lima ribu orang menegaskan tindakan-Nya yang dilandasi oleh belas kasihan. Di saat menemukan sebuah masalah, yakni jumlah orang yang begitu banyak untuk diberi makan, Yesus tidak sekadar menggunakan logika sebagaimana dilakukan oleh para murid-Nya yang mengusulkan agar semua orang membeli makanan di kampung terdekat. Sebaliknya, Yesus tergerak oleh belas kasihan dan hal inilah yang menggerakan-Nya untuk memberi orang banyak itu makan. Dengan kuasa dan juga kasih-Nya, Yesus menunjukkan tindakan nyata bagi orang banyak itu. Ia memberi mereka makan sampai kenyang.

Teens, terkadang seorang pemimpin diperhadapkan pada masalah yang menuntut solusi yang tepat. Meskipun berbagai keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sangat berperan besar dalam mencari solusi, tetapi jangan lupakan bahwa kamu pun perlu mempertimbangkan aspek belas kasih (compassion). Belas kasih akan menggiringmu mengambil keputusan secara bijaksana. Bukan hanya itu, belas kasih juga akan menuntunmu untuk mengambil aksi yang memanusiakan manusia sehingga setiap keputusan yang diambil membuahkan berkat bagi banyak orang.