Wahyu 15:1-2

… orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.

(Wahyu 15:2)

 

 

 

Yudaisme dan Kekristenan adalah dua agama yang penganutnya suka bernyanyi, singing religion. Dalam kesempatan apa pun mereka bernyanyi. Ketika seorang bayi lahir, dibaptis, bahkan sakit atau meninggal, mereka pun bernyanyi. Sebuah buku sejarah Romawi bahkan menuliskan, para pengikut Kristus menyanyi bersama ketika memasuki amfiteater Romawi tempat singa-singa lapar menanti mereka. Hal itu disampaikan Pdt. Joas Adiprasetya dalam bukunya Menyemai Cinta, Merawat Damai. Ia ingin menegaskan bahwa nyanyian sudah menjadi bagian dari kehidupan orang Kristen.

 

 

Yohanes menyampaikan bahwa ketika hari penghakiman itu datang, ketujuh jemaat Tuhan itu akan merasakan sukacita yang besar dengan bernyanyi dengan kecapi sebagai ekspresi syukur mereka di hadapan Tuhan dan sesama. Nyanyian itu dari jemaat Tuhan yang telah mengalahkan binatang, yaitu para penguasa Romawi dan segala dewa-dewanya di tengah penderitaan untuk tetap setia dan menyembah pada Tuhan. Nyanyian itu menjadi sebuah bahasa bersama yang membantu mengarahkan hati kepada Tuhan dan menolong menghayati apa yang sudah Allah kerjakan di dalam hidup mereka sampai hari penghakiman. Nyanyian itu menceritakan bukti kebesaran dan kebaikan Tuhan.

 

 

Teens, Tuhan mau kamu juga bernyanyi untuk-Nya dengan segenap hati dan penuh ungkapan syukur. Mengapa? Karena Tuhanlah yang selama ini menuntun hidupmu dan memberikan kamu pertolongan di dalam menghadapi masalah. Tuhanlah yang menjanjikan hidup yang kekal bersama-Nya ketika hari penghakiman itu tiba. Pemazmur mengatakan “Muliakanlah Tuhan dengan puji-pujian” (Mzm. 66:2) karena dengan itu kamu menunjukkan kepada siapa kamu memberi hatimu dan beribadah. Bernyanyilah untuk Tuhan di dalam keadaan apa pun karena nyanyian itu akan menjadi sumber kekuatan dan pengharapanmu.