1 Yohanes 4:7-21 

… karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya,

tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

(1 Yohanes 4:20)

Sebuah biara hampir ditutup karena suasana yang tidak kondusif. Para biarawan dan biarawatinya enggan bertegur sapa satu dengan yang lain. Suasana biara sunyi sepi tanpa kehangatan. Kemudian, datanglah seorang kepala biara yang ditugaskan untuk mengatasi masalah tersebut. Lalu, kepala biara itu mengumpulkan para biarawan dan biarawati dan mengatakan bahwa salah satu di antara mereka adalah Yesus yang sedang menyamar. Seisi biara itu pun gempar. Kini, suasana menjadi hangat kembali karena mereka saling bertegur sapa dan saling menolong. “Jangan-jangan itu Yesus yang sedang menyamar dalam wajah orang yang aku jumpai,” pikir mereka masing-masing.

Surat 1 Yohanes menegaskan tentang kasih yang berkesinambungan antara mengasihi Allah dan mengasihi manusia. Penulis 1 Yohanes menegaskan bahwa tidak mungkin manusia mengasihi Allah yang tidak terlihat mata, jika ia tidak mengasihi saudaranya yang kelihatan. Dengan kata lain, mengasihi saudara atau para sahabat seharusnya merupakan ekspresi dari mengasihi Allah itu sendiri. Kita bisa mengasihi Allah dengan cara mengasihi sesama kita manusia. Dengan begitu, kita bisa menyimpulkan bahwa melalui wajah para sahabat dan saudara kita, kita bisa melihat wajah Allah. Perlakuan yang buruk terhadap sesama atau sahabat kita berarti juga menyakiti wajah Allah itu sendiri.

Teens, apakah kamu merasakan wajah Allah di dalam diri sahabatmu? Betapa sahabatmu hadir sewaktu kamu membutuhkan dan mengalami musibah, atau sewaktu dia menegurmu saat kamu melakukan kesalahan. Betapa sahabatmu dengan setia menemanimu di saat duka atau senang. Kehadiran para sahabat kita menjadi suatu bentuk kehadiran Allah di dalam hidup kita. Maka, mari mengasihi mereka dengan sepenuh hati kita. Dengan begitu, kita pun sedang mengasihi Allah yang tidak kelihatan oleh mata kita.