Keluaran 6:1-7

“… tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.”

(Keluaran 6:2)

Pada masa lalu, nama belakang seseorang dalam bahasa Inggris tidak terpisah dengan pekerjaannya. Misalnya, Mary Taylor (penjahit), William Baker (tukang roti), John Shepherd (gembala). Di Indonesia, mungkin kamu sering mendengar nama Budi, yang artinya bijaksana atau berbudi luhur; Ayu yang berarti gadis manis; Ani yang berarti anggun, ramah, sabar, baik hati. Dengan kata lain, di dalam nama seseorang terkandung doa dan harapan orangtua terhadap dirinya. Sebuah nama akan terasa kurang bermakna, jika tidak ditunjang dengan prestasi maupun bentuk kebanggaan lainnya.

Tuhan memperkenalkan nama-Nya kepada Musa. Tuhan mengatakan bahwa Dia telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi Ia belum menyatakan diri dengan nama-Nya, yakni TUHAN (ay. 2). Berulang kali Tuhan mengatakan “Akulah TUHAN” (ay. 5, 6 dan 7). TUHAN menegaskan juga bahwa Dia mengadakan perjanjian; mengangkat bangsa Israel sebagai umat-Nya dan akan memberikan tanah perjanjian sebagai milik mereka. Jadi, penekanannya bukan pada apa yang bangsa Israel kerjakan, tetapi apa yang TUHAN kerjakan bagi mereka.

Teens, nilai diri kita bukan ditentukan oleh hasil usaha kita. Kita tidak dinilai berdasarkan prestasi yang kita capai atau kecanggihan gagdet yang kita gunakan. Nilai diri kita yang sesungguhnya terletak pada relasi kita dengan Dia yang memperkenalkan diri-Nya. Kita adalah anak yang Dia cintai. Tuhan memanggil kamu dengan namamu dan menempatkan di dalam dirimu harta benda yang terpendam (Yes. 45:3). Jadi, identitas kita yang sesungguhnya terletak pada apa yang Tuhan kerjakan di dalam diri kita dan melalui diri kita. Identitas kita tidak ditentukan oleh apa yang kita miliki, tetapi kita ini milik siapa, yakni milik Tuhan, Sang Pencipta dan Penebus.