Mazmur 123

Kepada-Mu aku melayangkan mataku,

ya Engkau yang bersemayam di sorga.

(Mzm. 123:1)

 

 

 

Ada sebuah ilustrasi mengenai sebuah titik hitam di atas selembar kertas putih. Ilustrasi tersebut berbicara mengenai sudut pandang kita dalam melihat sebuah peristiwa. Banyak orang lebih fokus memandang titik hitam itu daripada memandang putihnya kertas tersebut. Padahal, dalam gambar tersebut, bagian putih sangat dominan. Hal yang sama juga sering terjadi ketika kita menghadapi pergumulan. Pergumulan kita dapat digambarkan sebagai sebuah titik hitam, sedangkan kertas putih adalah Allah yang memelihara kita. Tidak jarang kita lebih fokus pada pergumulan kita dibandingkan pada Allah yang berkarya begitu hebat dan besar di dalam hidup kita.

 

 

Dalam Mazmur 123, pemazmur tampaknya memfokuskan pandangannya ke bagian putih yang sangat dominan daripada ke titik hitam yang sedang dihadapinya. Sudut pandang itulah yang dipilih oleh pemazmur. Pemazmur menyadari betul bahwa pergumulan yang ia hadapi hanya bisa dihadapi jika Tuhan yang menolongnya. Oleh karena itu, dari ayat 1, pemazmur mengatakan “Kepada-Mu aku melayangkan mataku.” Ia bahkan akan terus memandang Tuhan sampai Tuhan mengasihaninya. Sebuah pernyataan iman bahwa ia akan merasakan pertolongan Tuhan ketika ia mengarahkan pandangannya kepada Tuhan.

 

 

Youth, di dalam setiap pergumulan kita, ke manakah kita arahkan pandangan kita? Marilah kita tidak hanya mengarahkan pandangan kita pada pergumulan kita. Mari kita arahkan pandangan kita lebih banyak pada kebaikan Allah yang dianugerahkan kepada kita. Dengan demikian, kita akan melihat bahwa Allah sanggup memberikan penguatan dan jalan keluar yang terbaik seturut kehendak-Nya dalam hidup kita.

 

 

1. Apa maksud pemazmur dengan melayangkan matanya kepada Tuhan?
2. Apa kebaikan Allah yang bisa kita rasakan dalam pergumulan kita saat ini?

 

 

Pokok Doa: Fokus kepada Allah dalam pergumulan kita.