Roma 6:15-23

Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

(Roma 6:18)

Ada yang bilang bahwa bebas adalah keluar dari sangkar kecil dan masuk ke sangkar yang lebih besar. Dulu pun pernah ada iklan produk telekomunikasi yang dialognya berbunyi, “Kebebasan itu omong kosong. Katanya bebas berekspresi, tapi rok harus di bawah lutut; katanya nikmati hidup, asal pulang tidak lebih dari jam 10 malam.” Iklan itu ada benarnya. Semua kebebasan pasti ada batasnya. Bebas bukan berarti kita berbuat semaunya, melainkan bertindak dengan bertanggung jawab dan menghargai kebebasan orang lain juga.

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menyatakan bahwa orang percaya adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan dari dosa. Ketika kita hidup di dalam dosa, kita menjadi hamba dosa. Tetapi, Allah telah membebaskan kita dari dosa oleh kasih karunia-Nya dalam Kristus. Namun, itu tidak berarti kita bebas berbuat dosa lagi (ay. 15). Dibebaskan dari dosa oleh Allah berarti menjadi hamba Allah dan hamba kebenaran (ay. 18, 22); bebas dari dosa menjadikan kita memiliki tanggung jawab untuk melakukan kebenaran, setia kepada Allah, dan hidup dalam kekudusan. Kita tidak bebas tanpa batas, melainkan memiliki tanggung jawab yang besar sebagai hamba Allah. Kita dibebaskan dari hamba dosa dan menjadi hamba Allah.

Teens, kita memang orang-orang merdeka, orang-orang bebas. Namun, itu bukan berarti kita bebas berbuat semau-maunya. Kebebasan selalu memiliki batasan. Ada nilai-nilai dalam masyarakat yang harus kita hargai; ada hak-hak sesama kita yang perlu kita hormati; ada norma dan hukum yang harus kita patuhi; dan ada tanggung jawab untuk membebaskan dan menghargai kebebasan orang lain. Allah memanggil kita keluar dari perhambaan dosa bukan untuk hidup serampangan, tanpa aturan, dan tidak menghargai orang lain, melainkan untuk hidup dengan bertanggung jawab, kudus, dan memuliakan nama Allah.