KEMATIAN
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu
Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata
demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
(Luk. 23:46)
Filsuf Martin Heidegger pernah mengatakan bahwa salah satu kegalauan bahkan ketakutan manusia adalah kepada kematian. Tanda-tandanya adalah pemakaman yang disulap menjadi pertamanan yang indah; ruangan persemayaman jenazah yang didekorasi begitu indah; atau di kalangan orang Tionghoa, makin sedikit yang berani menyimpan peti jenazah di bagian belakang rumah tinggal; dan kerkop (makam di lingkungan gereja) yang jaraknya makin jauh dari gereja. Kematian sangat ditakuti meskipun tidak bisa ditolak, dan makin dijauhi, bukannya lebih diakrabi.
Yesus berada di puncak perjuangan-Nya melaksanakan tuntas misi yang diembankan oleh Bapa-Nya. Setelah melewati pelbagai pergumulan yang melelahkan, derita dan aniaya yang menyakitkan, tetapi juga dengan ketegaran dan keberanian, semua dihadapi dan dijalani hingga selesai. Oleh sebab itu, ketika Ia tahu waktunya telah datang di kayu salib, bukan sumpah serapah yang keluar dari mulut-Nya. Sebentuk kalimat doa yang diajarkan oleh Ibu Yahudi yang saleh kepada anaknya pada waktu hendak tidur malam, “Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku.” Sebuah doa kelegaan karena rasa percaya yang mendalam. Semoga ketika waktu kita tiba, itulah juga yang menjadi doa kita.
DOA:
Tuhan yang baik, topanglah agar kami mampu melaksanakan
tugas hidup kami sampai tuntas, sehingga ketika waktu kami tiba,
kami pun dapat dengan lega menyerahkan nyawa kami
ke dalam tangan-Mu. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama