Kejadian 45:1-28

Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra

dan ia menangis sambil memeluk mereka.

(Kejadian 45:15)

Nelson Mandela adalah pejuang anti-diskriminasi rasial yang menentang politik apartheid (politik pembedaan warna kulit) di Afrika Selatan. Yang menarik dari perjuangannya adalah ia tidak melakukan balas dendam apa pun terhadap rezim yang mendiskriminasi warga kulit hitam. Ketika terpilih sebagai presiden tahun 1994, ia justru merangkul “musuh-musuh” politiknya. Mandela juga mengajak rakyatnya untuk memaafkan apa yang pernah terjadi di masa lalu tanpa harus melupakannya (forgive but not forget). Kebesaran hati Mandela itu membuat Afrika Selatan terhindar dari kerusuhan rasial atau perang saudara. Ia mengupayakan rekonsiliasi agar seluruh warga Afrika Selatan bersama-sama membangun negeri.

Sebagaimana Mandela, Yusuf juga merupakan tokoh yang mengupayakan rekonsiliasi dan tidak menuntut pembalasan dendam. Yusuf yang sangat dikasihi ayahnya itu pernah dijual oleh saudara-saudaranya karena mereka iri hati kepadanya. Namun, ia justru memaknai bahwa tindakan jahat saudara-saudaranya itu digunakan Allah untuk mendatangkan kebaikan, bukan hanya bagi Yusuf, melainkan juga bagi bangsa Mesir dan bangsa-bangsa di sekitarnya. Oleh karena itu, meskipun Yusuf sempat menjebak Benyamin dan menuduhnya mencuri, namun ia menggunakan cara itu untuk berdamai dan mengupayakan rekonsiliasi dengan saudara-saudaranya. Ia memang tidak melupakan perbuatan mereka, tetapi ia mengampuni mereka sehingga ia terbebas dari dendam.

Teens, kita belajar dari Nelson Mandela dan Yusuf untuk tidak membalas dendam atas apa yang telah diperbuat terhadap mereka, tetapi mengampuni. Mereka mengampuni tetapi tidak melupakan (forgive but not forget). Dengan mengampuni, beban yang tersakiti dan yang menyakiti akan terlepas. Mereka tidak melupakan kejadian masa lalu, tetapi mengingatnya. Dengan mengingat kejadian-kejadian buruk itu, mereka belajar agar ke depannya tidak terjadi lagi kesalahan yang sama.