MENGHADAPI KEHILANGAN
Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu,
lalu berkata kepada bani Het:
“Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu ….”
(Kej. 23:3-4)
Kematian tentunya dapat menghasilkan kesedihan yang mendalam bagi pasangan yang ditinggalkan. Perasaan inilah yang dirasakan oleh Bapak Habibie ketika istri terkasihnya, Ibu Ainun, meninggal. Tiga puluh delapan tahun mereka berjuang bersama dalam susah dan senang. Mereka menjadi teman sepikir dan sejalan. Banyak kenangan indah yang mereka miliki sejak menikah sampai masa tuanya. Bapak Habibie mengungkapkan kesedihannya di dalam puisinya, “Hatiku seperti tak di tempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong hilang isi.”
Abraham juga merasakan kehilangan yang besar ketika Sara meninggal di usia 127 tahun. Alkitab mengatakan Abraham meratap dan menangis. Kata meratap menunjuk kepada duka yang sangat mendalam. Meratap itu manusiawi. Karena itu, meratap dan menangis bukanlah tanda kelemahan tetapi tanda kemanusiaan kita. Namun, satu hal yang bisa kita pelajari dari kehidupan Abraham adalah bahwa ia tidak mau meratap seumur hidupnya. Ia kemudian bangkit dan meninggalkan kesedihan itu. Bukan berarti kesedihannya tidak penting, tetapi Abraham sadar bahwa kematian adalah kenyataan yang tidak bisa dielakkan dan harus diterima. Dia harus melanjutkan kehidupannya.
DOA:
Tuhan, teguhkanlah hati kami ketika kami ditinggalkan
oleh pasangan kami karena kematian. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama