MENGHAPUS SIKAP MENGGERUTU
“Kamu menggerutu di dalam kemahmu ….
Ketika TUHAN mendengar gerutumu itu, Ia menjadi murka ….”
(Ul. 1:27-34)
Siapa yang tahan tinggal berlama-lama dengan orang yang senangnya menggerutu? Ada banyak anak-anak yang kemudian tidak bisa duduk lama bersama orangtuanya karena setiap saat menggerutu. Sering kali mereka mengatakan orangtuanya semakin tua semakin sering mengeluh. Mereka sebenarnya sayang kepada orangtuanya, tetapi keluhan-keluhan yang terus-menerus diucapkan membuat mereka menjadi lemah. Mereka ingin orangtua mereka lebih banyak bersyukur daripada menggerutu. Sebab, menggerutu melemahkan diri mereka.
Alkitab menceritakan salah satu kebiasaan orang Israel yang keluar dari Mesir adalah menggerutu. Berulang kali diceritakan bagaimana mereka terus menggerutu terhadap Musa dan Allah. Segala kebaikan yang Allah telah berikan tampaknya tidak berarti apa-apa bagi mereka ketika keinginan hati mereka tidak terpenuhi. Kebiasaan menggerutu inilah yang kemudian menjadi virus di tengah-tengah bangsa itu. Sehingga diri mereka menjadi lemah dan ragu akan penyertaan Allah. Tuhan Allah tidak menyukai sikap menggerutu ini, karena sikap ini, selain membuat seseorang tidak bisa mengucap syukur dan mengabaikan semua hal baik dari Tuhan, juga melemahkan hidup orang lain di sekitarnya.
DOA:
Tuhan, tolong kami agar menjadi lansia yang bersyukur
dan tidak hidup menggerutu. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama