MENYAKSIKAN TUHAN ATAU MENYAKSIKAN DIRI?
“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
(Yoh. 3:30)
Seusai pemberitaan firman Tuhan maka diberikan waktu kepada peserta ibadah untuk memberi kesaksian. Opa Roy pun maju ke depan untuk memberikan kesaksian. “Opa oma, saya bersyukur karena sebulan yang lalu saya pergi keliling Eropa bersama anak-anak, mantu-mantu, dan cucu-cucu. Kami naik pesawat yang paling mahal. Tidur di hotel bintang lima. Kami makan di restoran yang mahal. Saya dibelikan jaket yang harganya jutaan rupiah. Kalau dihitung-hitung, pengeluaran kami di sana mencapai ratusan juta rupiah. Sungguh, pengalaman yang luar biasa.” Akhirnya, Opa Roy pun kembali ke kursinya.
Opa Roy telah menyampaikan kesaksiannya. Pertanyaannya, apa yang disaksikannya? Apakah ia menyaksikan kemuliaan Tuhan atau menyaksikan kehebatan dirinya? Rasanya, yang disaksikan olehnya adalah tentang dirinya. Tidak ada sama sekali ia menyebutkan Tuhan, apalagi menyaksikan kemuliaan Tuhan. Sobat lansia, ketika kita menyampaikan kesaksian baik di dalam ibadah maupun dalam keseharian, hendaknya kita membawa seluruh pengalaman kita kepada kemuliaan Tuhan. Artinya, semua terjadi karena campur tangan Tuhan.Sehingga, pendengar dapat merasakan kehebatan Tuhan, bukan kehebatan kita.
DOA:
Bapa, berikanlah kepadaku kerendahan hati
untuk menyaksikan kemuliaan-Mu di dalam kehidupanku. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama