BELAJAR DARI JEMAAT TROAS
Kisah Para Rasul 20:7-12
Karena Paulus amat lama berbicara,
orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya.
(Kis. 20:9)
Mengeluh. Tidak terkecuali dalam ibadah terjadi keluhan. Umat sering mengeluh pendeta berkhotbah dengan bahasa yang sulit dimengerti dan dengan durasi yang panjang, sehingga wajar dan manusiawi kalau umat tertidur.
Tertidur karena terlalu lama mendengar khotbah, itulah yang terjadi pada Eutikhus ketika Paulus dan teman-temannya mengadakan ibadah di Troas. Eutikhus tentu telah bekerja keras sepanjang hari, tubuhnya telah lelah. Ia memilih duduk di jendela untuk mendapatkan udara malam yang segar. Khotbah Paulus yang lama, kelelahan fisik ditambah angin malam membuatnya tidak berdaya menahan kantuk. Ia pun terjatuh dan mati. Apa yang terjadi kemudian? Alih-alih mencari kambing hitam siapa yang salah, mereka mencoba menolong. Ada orang yang mengangkat Eutikhus, dan Paulus segera sigap; ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, Eutikhus pun hidup kembali. Ibadah dilanjutkan lagi.
Setiap gereja mempunyai masalah. Bagaimana kita mengatasinya? Belajar dari jemaat di Troas, ibadah bersifat kekeluargaan. Mereka mulai dengan perjamuan kasih, pengajaran dan diskusi. Semua terlibat dan merasa sebagai kerabat dan keluarga. Ketika ada masalah, bahkan sangat fatal, tidak saling menyalahkan, tetapi mencari solusi. Solusinya adalah ibadah yang diterjemahkan dalam hidup: ringan tangan, menolong dan berdoa. Hasilnya? Nama Tuhan dimuliakan!
REFLEKSI:
Keluhan mestinya bukan suara gereja.
Suara gereja adalah Injil dan persekutuan yang indah.
Sudahkah itu menjadi ciri gereja kita?
Mzm. 143; 1Raj. 17:17-24; Kis. 20:7-12
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama