Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan

menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.

(2Kor. 8:3)

Tepat satu bulan setelah menerima sakramen Baptisan Kudus untuk orang lanjut usia, seorang oma mendatangi saya, menyerahkan empat buah amplop yang sudah agak lecek. Dengan penuh sukacita ia berkata, “Bu Pendeta, tolong ini diterima. Ini ungkapan syukur saya, Pendeta sudah membaptis saya bulan lalu. Waktu itu saya hanya bisa memberi persembahan syukur ke gereja karena hanya itu yang saya punya. Tapi sekarang saya sudah ada lagi. Saya mau persembahan kasih ke Bu Pendeta.”

Oma itu sejak muda tidak menikah. Ia tinggal bersama keluarga keponakannya membantu pekerjaan rumah yang bisa dikerjakannya. Di sela-sela waktu luang setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia membuat makanan olahan dari singkong untuk dijual. Dan sekalipun tidak banyak penghasilannya, saya sungguh tersentuh oleh tindakannya. Ia berusaha menyisihkan hasil dagangannya agar dapat dipersembahkan sebagai ungkapan syukur. Sobat Lansia, kemampuan kita untuk memberi dan berbagi tidak ditentukan oleh berapa banyak yang kita punya. Ada orang yang punya banyak, tetapi selalu merasa diri miskin dan kurang. Namun ada juga orang yang punya sedikit, tetapi merasa cukup dan mau tetap berbagi. Hati yang dipenuhi ungkapan syukur itu kuncinya.

DOA:

Kami bersyukur untuk pemeliharaan Tuhan hari lepas hari.

Karuniakanlah kepada kami hati yang bisa merasa cukup

dan tahu mensyukuri karunia Tuhan dalam hidup kami. Amin.