Mazmur 102

TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong

sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku

pada hari aku tersesak.

(Mazmur 102:2-3)

“Tuhan dengarlah doaku ini,/ hadirlah di sini./ Tuhan dengarlah doaku ini,/ dengarkanlah aku.” “The Lord is my song, the Lord is my praise: all my hope comes from God./ The Lord is my song, the Lord is my praise: God, the well spring of life./ O Lord, hear my prayer, O Lord, hear my prayer: When I call answer me./ O Lord, hear my prayer, O Lord, hear my prayer. Come and listen to me.” Nyanyian berjudul “The Lord is My Song” itu adalah nyanyian yang berasal dari komunitas interdenominasi di Taize, Perancis. Nyanyian itu dilagukan secara berulang-ulang hingga dirasa cukup, agar yang melantunkannya mengalami Tuhan melalui nyanyian. Nyanyian itu merefleksikan tentang kerinduan atas hadirnya Tuhan dalam doa yang dinaikkan. Dalam pergumulan, kiranya Tuhan mendengarkan.

Betapa hidupnya sedang berada dalam kesusahan dan sakit yang payah, itulah yang terlukis melalui seruan pemazmur dalam Mazmur 102 ini. Mazmur ini mungkin merefleksikan pergumulan hidup bangsa Israel yang berada dalam pembuangan di negeri Babel (ay. 21-23). Tanda kesusahan yang dalam dan perkabungan terlukis melalui menaruh kotoran atau abu pada diri mereka (ay. 10). Terlihat jelas betapa umat Tuhan mengalami hidup dalam kengerian dan derita yang payah. Mereka berseru kepada Tuhan melalui doa-doa yang dinaikkan. Dalam kesedihan dan air mata, umat Tuhan percaya bahwa Ia yang berkuasa pasti bertindak dan menolong (ay. 20). Puncak dari doa ini dinyatakan dengan ungkapan percaya bahwa penderitaan sebesar apa pun tidak dapat memisahkan mereka dari Allah yang pasti bertindak dan menolong (ay. 29).

Teens, kita menjalani hidup yang fluktuatif. Suka duka, tawa tangis, bahagia sedih silih berganti hadir. Ketika menghadapi kesusahan yang berat, kita diajak datang kepada Allah melalui doa-doa kita. Dalam derita sebesar apa pun, yakinlah, Tuhan hadir menemani dan menopang.