2 Korintus 3:4-11

Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayanpelayan

dari suatu perjanjian baru ….

(2Kor. 3:6)

 

 

 

Ketika wabah Covid-19 merebak pada awal 2020 lalu, begitu banyak gereja meniadakan pelayanannya, termasuk kebaktian hari Minggu. Hal itu dilakukan dalam rangka menahan laju penularan penyakit tersebut. Saat itu, banyak orang mengeluh, bahkan ada yang berkata, “Kebaktian di gedung gereja tidak boleh ditiadakan. Itu dosa besar. Gereja akan menerima hukuman hebat dari Tuhan.” Ia mungkin lupa bahwa persekutuan dan pelayanan tidak dibatasi ruang gereja. Pelayanan online masih tersedia bagi seluruh umat.

 

 

Dalam suratnya, Paulus berupaya meyakinkan jemaat Tuhan di Korintus bahwa diri mereka adalah “surat Kristus” yang ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh Allah (ay. 3). Oleh karena itu, mereka harus hidup menurut pimpinan Roh Allah, bukan semata oleh hukum, adat, atau tradisi yang tertulis. Sebagai pelayan Perjanjian Baru, Paulus mengaku bahwa dirinya tidak lagi bergantung pada tradisi yang tertulis, melainkan pada pimpinan Roh. Hukum yang tertulis memuat hukuman, tetapi hukum Roh memuat pembenaran. Untuk itu, jemaat harus hidup di dalam Roh agar hidupnya menjadi manusia baru.

 

 

Youth, dalam beribadah, masih banyak orang Kristen yang mengutamakan hal-hal lahiriah. Misalnya, gedung gereja harus besar dan indah, ibadah harus meriah, baptisan harus selam, jika belum menjadi anggota gereja tidak dilayani, dan sebagainya. Tata cara ibadah, nyanyian, atau tata cara baptisan adalah perkara lahiriah. Itu tidak fundamental. Yang terpenting adalah pertumbuhan rohani, perjumpaan dengan Kristus, pengenalan akan Allah, dan relasi personal dengan-Nya. Kejarlah hal-hal rohani ini melebihi apa pun yang lahiriah dan duniawi.

 

 

1. Mengapa Paulus merasa tidak perlu bergantung pada hukum-hukum lama lagi?
2. Hal-hal lahiriah apa saja yang masih begitu kuat Anda kejar?

 

 

Pokok Doa: Komitmen untuk mengejar pertumbuhan rohani dalam Tuhan.