Matius 5:13-20

 “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
(Mat. 5:20)

“Sekali berarti sesudah itu mati” adalah selarik kalimat dalam salah satu puisi Chairil Anwar yang berjudul “Maju”. Jelas sekali bahwa melalui pernyataan itu ia hendak menyatakan bahwa kematian adalah akhir dari semuanya. Karena itu, selama masih hidup orang harus menjadikan dirinya berarti atau berguna.

Penulis Injil Matius menuturkan hal yang kurang lebih sama melalui Yesus yang mengajar umat saat itu. Orang Farisi adalah sekelompok orang Yahudi yang memperhatikan dengan cermat cara mereka hidup berdasarkan ketetapan hukum Taurat. Mereka tidak hanya memperhatikan diri sendiri, tetapi terlebih orang lain. Bila ada orang yang melanggar ketentuan hukum Taurat, mereka akan dengan cepat menegurnya. Hal itu juga mereka lakukan terhadap Yesus. Dalam hal ini Yesus menghargai cara hidup orang Farisi. Pada saat yang sama Yesus menjadikan hidup keagamaan orang Farisi sebagai ukuran. Para murid harus memiliki cara hidup yang berdasar pada hidup keagamaan yang lebih benar daripadahidup keagamaan orang Farisi. Ini berarti para murid harus lebih baik daripada orang Farisi. Salah satu yang ditekankan oleh Yesus agar dapat lebih baik adalah menjadikan hidup mereka berguna bagi sebanyak mungkin orang dengan cara menjadi garam dan terang dunia.

Kiwari mudah sekali menemukan anak muda yang berseru berani mati, lalu menjalani hidup dengan sia-sia. Seharusnya yang diserukan adalah berani hidup dan mengisinya dengan berbagai hal yang berguna bagi sebanyak mungkin orang. Dengan demikian, ketika mati, orang dapat mengatakan seperti yang Chairil Anwar ucapkan, yaitu bahwa kita ini sudah hidup sekali dan berarti.

1. Apa perintah Yesus yang harus kita lakukan?
2. Bagaimana kita menjalani hidup agar menjadi teladan bagi sesama?

Pokok Doa:

Agar kita dapat menggunakan masa muda dengan baik.