Rut 2:1-23

Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit- penyabit itu: “TUHAN kiranya menyertai kamu.” Jawab mereka kepadanya: “TUHAN kiranya memberkati tuan!”

(Rut 2:4)

“Pak, nanti tolong dipercepat ya jalannya, soalnya saya buru-buru,” ujar Ina. “Siap, Neng!” jawab bapak ojol. “Tapi, Neng, kalau lewat jalan tikus mau nggak? Biar lebih cepat sampainya.” Ina berpikir sejenak, “Hmmm, ok deh, Pak.” Sepanjang perjalanan Ina menggerutu. Ia tidak menduga kalau ia benar-benar akan melewati “jalan tikus” yang tidak hanya sempit (hanya bisa dilewati satu motor saja), tetapi juga bau. Bukankah demikian halnya dengan jalan hidup yang kita lewati, sering kali tidak bisa ditebak? Ada suka, juga duka.

Rut dan Naomi pun tidak pernah menduga bahwa keluarga mereka akan melalui jalan hidup yang tidak mulus, bahkan terasa begitu pahit. Naomi kehilangan suami dan anak-anak lelakinya. Begitu beratnya sampai ia berpikir untuk tidak menahan para menantunya untuk tinggal dalam kepahitan bersamanya. Ia meminta mereka pergi. Namun, Rut tetap bertahan menemani Naomi hingga akhir. Tuhan tidak diam melihat kepahitan umat-Nya. Ia menunjukkan jalan—tidak terduga—yang terbaik bagi keluarga mereka dengan mempertemukan Boas dengan Rut. Pertemuan itu mengubah kepahitan dalam hidup Rut dan Naomi menjadi sukacita. Mereka bersyukur kepada Allah!

Youth, sering kali dalam kehidupan ini yang menjadi pusat perhatian kita adalah pencapaian akhir yang telah kita rencanakan. Kita kadang lupa bahwa yang terpenting adalah melalui jalan (proses) yang Tuhan tunjukkan. Memang ada suka dan duka yang tidak terduga, tetapi jalan tidak terduga yang Tuhan izinkan kita tempuh itu, pada akhhirnya menjadi kebaikan bagi kita semua. Rancangan Tuhan selalu baik dan tidak pernah gagal!

1. Apa yang Rut lakukan demi memenuhi kebutuhan keluarganya?

2. Apakah kita tetap bersedia berjalan di jalan yang tak terduga yang akan Tuhan tunjukkan kepada kita?

Pokok Doa : Bersedia berjalan di jalan yang Tuhan tunjukkan.