DUKACITA
“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”
(Mat. 5:4)
Kepergian putranya begitu mendadak. Tentu ini sangat mengejutkannya. Dokter mengatakan sang putra terkena serangan jantung. Padahal usianya baru 50 tahun. Dirinya yang sudah berusia 75 tahun malah masih hidup. Mengapa semuanya terbalik? Putranya berada di usia bekerja. Ia masih sangat dibutuhkan oleh anak-anak dan istrinya. Sementara dirinya? Ia sudah pensiun. Mengapa Tuhan tidak mengambil dirinya saja? Dukacita sangat dalam yang ia rasakan, bahkan membuatnya tidak mampu menangis lagi. Andai semuanya bisa ditukar.
Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang berdukacita.” Kita mungkin terhenyak dan sulit mengerti. Bagaimana mungkin orang yang berdukacita bisa berbahagia? Apalagi kata “berbahagialah” ini bukanlah kata yang bermakna pengharapan atau doa yang belum tentu terwujud, seperti saat kita mengatakan, “semoga berbahagia.” Sebaliknya, Yesus menggunakan kata kerja “berbahagialah,” untuk menunjukkan sesuatu yang sangat pasti, artinya “pasti berbahagia.” Mengapa demikian? Ingat, kalimat ini belum selesai. Dukacita bukanlah akhir. Masih ada kelanjutannya, yaitu Tuhan menyediakan penghiburan bagi siapa pun yang berdukacita.
DOA :
Tuhan, bimbinglah kami untuk melihat dan mengerti bahwa dukacita bukanlah akhir dari segalanya. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama