MENDENGARKAN BUKAN MENDENGAR
Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
(Yes. 50:4)
“Mendengar” dan “mendengarkan” adalah dua kata yang sekilas tampak serupa, tetapi sebenarnya berbeda. Badu mendengar suara mobil yang lalu lalang, sementara pikirannya melayang jauh ke kampung halamannya di kaki gunung yang sunyi nan asri. Ia baru tersadarkan dari lamunannya ketika ia mendengarkan suara klakson mobil yang sangat keras, dan orang berteriak, “Awas!” Oh, rupanya karena melamun, Badu hampir tertabrak mobil. Padahal ia mendengar suara mobil, tetapi ia tidak mendengarkan dengan baik.
Bangsa Israel punya masalah dengan pendengaran. Tentu bukan berarti gangguan pada telinga atau tuna rungu. Mereka memang mendengar banyak perkataan Tuhan melalui para nabi yang diutus. Namun, sayangnya, mereka tidak benar-benar mendengarkan. Mendengarkan butuh perhatian dan fokus. Mendengarkan membutuhkan kesungguhan hati. Tidak bisa setengah hati. Bukti dari kesungguhan mendengarkan adalah ketaatan. Yesaya menggambarkan seperti murid di hadapan gurunya. Nah, apakah kita benar-benar bersedia mendengarkan, seperti seorang murid yang bersedia taat kepada gurunya? Hanya dengan cara itulah, kita dapat membawa kebaikan bagi diri kita dan orang-orang di sekitar kita.
DOA :
Tuhan, kami mau belajar untuk terus mendengarkan Tuhan, bukan sebaliknya, meminta Tuhan mendengarkan kami. Dengan mendengarkan Tuhan, kami mau menyatakan kesungguhan untuk menaati Tuhan. Amin.
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama