Yakobus 2:17-26

… demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

(Yak. 2:26)

Ada orang-orang yang gemar menghakimi apa pun, bahkan urusan iman atau beriman. Tanpa segan, mereka bisa mengatakan “iman orang itu tidak kuat” atau “tidak punya iman sih” atau mengatakan “imanmu sudah mati ya?” Orang-orang ini bukan saja merasa paling beriman, melainkan juga merasa paling tahu kondisi keimanan seseorang karena  membandingkannya dengan ukuran yang ditetapkannya sendiri.

Tidak ada orang yang berhak menghakimi keimanan seseorang! Namun, di sisi lain, kita harus menyadari bahwa iman tidak bisa berhenti hanya pada apa yang kita percaya. Iman haruslah mewujudnyata dalam perbuatan yang dapat dirasakan buahnya. Perbuatan yang kita tampakkan akan menjadi kesaksian kita sebagai murid Kristus. Artinya, tidak ada jalan lain untuk menghidupi iman kepada Tuhan selain mempraktikkan firman. Iman dan perbuatan adalah kesatuan. Perbuatan baik yang tidak lahir dari iman tidak akan ada artinya. Begitu pula iman yang yang tidak disertai perbuatan adalah sia-sia. Perbuatan dan iman harus berjalan selaras.

Youth, iman sejati bukan hanya ditampakkan dalam kesetiaan bergereja, beribadah, bersekutu, berdoa dan membaca Alkitab. Lebih dari itu, iman harus nyata dalam perbuatan sehari-hari. Misalnya, berbagi pengalaman hidup yang membangun, menolong dan mengasihi sesama. Motivasi dan tujuan perbuatan baik dan mengasihi bukanlah untuk mendapat keselamatan, tetapi ungkapan syukur atas keselamatan yang telah kita terima dari Tuhan Yesus Kristus.

1. Mengapa iman yang mewujudnyata dalam perbuatan adalah sempurna?

2. Apakah kita sudah mendasarkan seluruh perbuatan kita dengan iman?

Pokok Doa : Berani menyatakan iman dalam perbuatan sehari-hari.