DEKAT KOK JAUH?
Lukas 4:16-30
Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”
(Luk. 4:24)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “prasangka” artinya pendapat, anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui, menyaksikan, menyelidiki sendiri. Prasangka tidak selalu buruk, sebab dapat membuat kita menjadi hati-hati sebelum bertindak. Tetapi, prasangka cenderung menjadi keburukan kalau tidak ada upaya bagi kita untuk menggali lebih jauh, mencermati dan mengenali apakah yang kita sangkakan itu benar atau tidak.
Tidak mudah bagi Yesus untuk berkarya di kampung halamannya sendiri. Orang-orang yang mendengarkan-Nya menolak kemesiasan-Nya dengan dalih telah mengenal masa kecil-Nya. Ketimbang membuka diri untuk menerima apa yang diberitakan Yesus, mereka menutup diri dengan memberikan penilaian sepihak karena tinggi hati. Yesus sendiri tidak kaget dengan sikap mereka. Sebab, sudah sangat sering, sejak dahulu kala nabi-nabi tidak dihargai di tempat asalnya.
Bisa saja terjadi dalam kehidupan kita, orang-orang yang begitu kenal dekat dengan kita malah menjadi orang-orang yang justru jauh. Tentu bukan dalam pemahaman jarak, melainkan dalam hal keterhubungan hati. Apa sebabnya? Kita
cepat menyimpulkan karakter yang lain; enggan memahami kehadiran yang lain dengan utuh karena tinggi hati. Kita mesti mewaspadai ini. Tidak akan ada keterhubungan hati tanpa kesediaan menerima dan mengenali kehadiran yang lain dengan bijak dan rendah hati.
REFLEKSI :
Maukah kita menerima kehadiran pribadi yang berbeda dalam hidup kita dengan rendah hati?
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama