Markus 1:1-8

Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.

(Markus 1:6)

Teens, mungkin kamu pernah mendengar peribahasa “bagai kacang lupa akan kulitnya”. Peribahasa ini merujuk pada seseorang yang lupa akan asal- usulnya. Orang seperti itu rawan menjadi orang yang lupa diri, hingga tak lagi mengingat pelajaran- pelajaran yang pernah ia terima di masa lalu. Tentu saja, orang yang demikian menjadi rentan untuk mengulangi kesalahan yang dulu mungkin pernah ia lakukan.

Kita memasuki bacaan Injil Markus dengan kisah mengenai Yohanes Pembaptis. Dalam ayat 2-3 dikatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah utusan Allah menggenapi nubuatan Nabi Yesaya. Seruan Yohanes tentang pertobatan memang menarik perhatian orang banyak. Namun, yang tak kalah menarik adalah setting di mana Yohanes menampilkan dirinya, yaitu padang gurun. Pada umumnya, orang akan berkhotbah di daerah yang ramai, seperti persimpangan jalan atau di Bait Allah. Namun, Yohanes memulai seruannya di padang gurun! Coba kamu ingat, kisah apa lagi di Alkitab yang ber-setting di padang gurun? Ya, betul! Bangsa Israel pernah mengembara selama 40 tahun di padang gurun. Kehidupan di padang gurun tentu tidaklah mudah, ada begitu banyak tantangan dan bahaya, tetapi Allah memelihara dan menuntun umat-Nya. Beberapa penafsir mengemukakan bahwa cara hidup Yohanes dengan makan belalang dan madu hutan, menggambarkan tekadnya untuk menggantungkan hidup pada pemeliharaan Allah sebagaimana dulu umat Allah saat mengembara di padang gurun. Karena itu, seruan pertobatan yang dinyatakan Yohanes Pembaptis juga sekaligus ajakan bagi semua orang untuk kembali pada akar iman mereka, yakni percaya pada pemeliharaan Allah.

Teens, ajakan Yohanes Pembaptis juga diberikan pada kita semua. Yuk kita kembali pada akar iman kita, yakni memercayakan hidup kita pada pemeliharaan Allah, serta dengan setia melakukan kehendak-Nya.