Yohanes 2:13-25

Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata:

“Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku

menjadi tempat berjualan.”

(Yohanes 2:16)

Apa yang terlintas di benakmu saat membaca judul renungan hari ini? Mungkin ada di antara kamu yang berhenti sejenak dan merasa bingung, karena bagaimana mungkin kata ‘Holy’ yang berarti ‘Kudus’ dapat berdampingan dengan kata ‘Anger’ yang berarti ‘Marah’? Apa yang dimaksud dengan ‘Holy Anger’?

Penulis Injil Yohanes mengisahkan dalam Yohanes 2:13-25, bagaimana Yesus mengusir semua pedagang di Bait Suci dengan cambuk-Nya. Ia menghamburkan uang mereka ke tanah dan membalikkan meja-meja. Semua itu dilakukan Yesus karena Ia marah. Yesus marah dengan situasi Bait Suci yang diperlakukan bagai pasar. Masyarakat yang ingin menjalani ritual ibadah di Bait Suci dipaksa untuk membeli hewan kurban dengan harga yang tidak masuk akal. Kambing domba, lembu, dan merpati diperjualbelikan dengan harga yang mahal sekali. Namun, mereka tetap harus membelinya karena ingin beribadah. Melihat bagaimana ritual keagamaan dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mengeruk keuntungan, dan para pemuka agama pun tidak mengambil langkah, malah justru terlibat dalam praktik tersebut, mendatangkan kemarahan Yesus; menjadi penyebab kemarahan Yesus.

Teens, mari kita bertanya pada diri sendiri! Apa yang kita lakukan saat ketidakadilan terjadi? Apakah kita marah atau bungkam? Apakah kita marah karena orang dilukai, diperdaya, dipermalukan? Atau, kita mengabaikannya lalu pergi? Marah adalah salah satu emosi yang keberadaannya wajar dalam diri kita. Marah menunjukkan ketidaknyamanan kita akan sesuatu. Mari berani untuk marah bukan hanya karena ketidaksukaan kita, melainkan juga karena kita peduli dengan apa yang dialami sesama kita! Beranilah untuk marah ketika ketidakadilan terjadi! Mari berhenti diam dan bungkam! Mari berani bersikap bijak dan tegas dalam kemarahan kita!