“Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu

lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.”

(Mat. 25:19)

Ketika kita menghadiri upacara kematian, baik di pemakaman maupun di krematorium, mungkin kita pernah membayangkan diri kitalah yang sedang dimakamkan atau dikremasi. Saya pernah mendengar seorang pelayat berbisik kepada temannya, “Aku sebenarnya ingin bertanya kepada anggota keluarga yang berduka, apa saja yang telah diwariskan kepada anak-anak dan cucu-cucunya.” Seandainya kita yang ditanya, apa yang akan kita tinggalkan, apakah jawaban kita? Apakah kita siap?

Sobat Lansia, pertanyaan di atas itu hanya menyangkut urusan duniawi saja. Apalagi bagi yang wafat, hal itu tiada gunanya sama sekali. Namun, seandainya Tuhan yang bertanya, itu pasti bukan soal hidup di dunia yang sebentar, melainkan di surga yang kekal. Tuhan Allah memberi kita hidup yang harus kita pertanggungjawabkan kepada-Nya. Ketika Tuhan Yesus datang kembali nanti, ia akan mengadakan perhitungan dengan kita. Mungkin kita telah menganggap sepi anugerah Allah itu. Jika demikian, mari kita bertobat sehingga kita kelak tidak terkejut ketika berjumpa dengan-Nya. Mari kita mulai memikirkan apa yang akan kita wariskan kepada dunia. Bukan harta, melainkan perbuatan baik dan kasih yang besar.

DOA:

Tuhan, kami bersyukur telah disadarkan akan tujuan hidup kami.

Kiranya kami mampu menjalani hidup ini sebagai anak-Mu

yang mewujudkan kasih-Mu kepada sesama. Amin.