DIBERINYA KUASA
Yohanes 1:(1-9),10-18
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya ….
(Yoh. 1:12)
Sikap ‘iman’ (faith) berbeda dengan ‘kepercayaan’ (belief). Dengan iman, umat membuka hati dan memiliki persekutuan yang personal dengan Allah. Karena itu, ia diberi kuasa menjadi anak-anak Allah sehingga hidup benar di hadapan-Nya. Sebaliknya, makna “kepercayaan” dilandasi oleh takhayul dan hukum-hukum agama yang legalistis.
Kristus Sang Firman berinkarnasi menjadi manusia. Iman kepada Allah di dalam Kristus menjadi persekutuan personal yang transformatif. Umat dimampukan untuk hidup dalam terang. Makna “menjadi anak-anak Allah” berarti diberi kuasa menjadi anak-anak terang, yaitu tidak cemar. Inilah makna hidup yang dipimpin dan dikuasai oleh Roh Allah. Sebaliknya, “kepercayaan” belaka membuat manusia terbelenggu oleh hukum keagamaan yang mematikan. Inilah hukum roh dunia. Beragama, tetapi duniawi. Bahkan, beragama dapat membuat manusia menjadi lebih jahat dan picik.
Kualitas iman akan terlihat saat kita merespons godaan dan daya tarik dunia. Apakah kita melekat kepada berbagai keinginan, atau melekat kepada Allah saja? Dengan hidup dalam kuasa Allah, kita dimampukan untuk menolak godaan dan keinginan daging. Hidup sebagai anak-anak Allah memampukan kita untuk secara bebas memilih yang baik dan kudus. Sebab, kebebasan tersebut lahir dari karya pembebasan Kristus dari kuasa dosa dan keinginan dunia.
REFLEKSI :
Kuasa sebagai anak-anak Allah menjadi nyata saat kita menolak godaan anak-anak dunia.
Yer. 31:7-14; Mzm. 147:12-20; Ef. 1:3-14; Yoh. 1:(1-9), 10-18
Pengganti ongkos cetak dan biaya pengiriman:
Rp. 70.000,-/tahun
Rp. 8.000,-/eksemplar
Pembayaran melalui:
Bank Mandiri - Jakarta, Kelapa Dua
A/C No. 165 0000 558743
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Marketing
BCA Bidakara
A/C No. 450 558 9999
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama
Persembahan Kasih melalui:
BCA Bidakara
A/C No. 450 305 2990
a.n. Yayasan Komunikasi Bersama