2 Korintus 7:2-12

Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan …

(2Kor. 7:10)

 

Suatu ketika ibu dari Fendra terserang sakit parah. Fendra pun kalut. Ia segera pulang ke kota asalnya. Untunglah, sang ibu dapat pulih dari sakitnya. Kondisi sakit yang menimpa ibunya itu pun membuat Fendra sadar tentang kesalahannya. Selama ini ia sangat jarang memperhatikan ibunya. Ia jarang pulang dan lebih suka menyibukkan diri dengan segala urusan kantor yang tidak ada habisnya. Saat ada kabar ibunya sakit, Fendra merasa sangat ketakutan dan menyesal. Ia akhirnya bertekad untuk lebih memperhatikan keadaan ibunya dan lebih sering pulang ke rumah. Ya, sering kali kabar tidak mengenakkan atau kabar dukacita lebih mampu menegur dan menyadarkan kita. Pertobatan atau perubahan perilaku lebih banyak terjadi setelah keadaan buruk menimpa kita.

 

Mungkin itu juga yang menjadi harapan Paulus kepada jemaat Korintus. Paulus menyadari bahwa pascategurannya kepada jemaat Korintus, jemaat di sana menjadi kecewa. Mereka berduka atas teguran tersebut. Melalui teks Alkitab hari ini, Paulus berupaya untuk meyakinkan mereka bahwa teguran tersebut adalah hal yang baik. Melalui teguran yang disampaikan Paulus, jemaat Korintus diingatkan bahwa Allah dapat menggunakan apa saja untuk menyadarkan mereka dan memanggil mereka pada pertobatan dan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Melalui hal-hal menyedihkan pun, Allah dapat memanggil umat-Nya untuk bertobat.

 

Youth, pertobatan adalah sukacita bagi orang percaya. Mungkin kita baru menemukan kesadaran untuk bertobat melalui peristiwa menyedihkan. Tidak apa-apa. Sambutlah panggilan pertobatan itu dengan kesungguhan hati.

 

1. Mengapa teguran Paulus mengecewakan hati jemaat Korintus.
2. Bagaimana respons Anda ketika mengalami kejadian menyedihkan yang sekaligus menyadarkan Anda untuk bertobat?

Pokok Doa: Merespons panggilan pertobatan.