1 Raja-raja 1:42-53

Takutlah Adonia kepada Salomo, sebab itu ia segera pergi memegang tanduktanduk mezbah.

(1 Raja-raja 1:50)

Dalam serial “Game Of Thrones” yang populer tahun 2011-2019, ada tokoh raja yang dibenci “berjemaah” oleh para penonton. Namanya Joffrey Baratheon. Raja Joffrey sebenarnya cukup tampan, rambutnya pirang, digemari banyak perempuan. Sayangnya, di balik ketampanannya, Raja Joffrey kejam dan amat arogan! Sebagai bagian dari keluarga kerajaan, sejak kecil ia suka memandang rendah orang lain. Padahal, ia hanya mengandalkan para pengawal di sekelilingnya. Suatu ketika Joffrey mendapat teguran dari omnya karena berlaku tidak sopan. Pada saat Joffrey tetap bersikeras, ia mendapat tamparan telak beberapa kali. Lalu, apa yang dilakukan Joffrey yang angkuh itu? Ternyata, ia hanya bisa berlari mengadu ke ibunya sambil terisak-isak.

Hari ini kembali kita membaca kisah Adonia, anak Daud, yang kelewat ambisius menjadi raja. Dalam teks Alkitab kemarin, dikisahkan Adonia dengan sombong menunjukkan kekuasaannya dengan arak-arakan kereta kuda serta prajurit dan mengadakan pesta mengundang orang-orang penting. Namun, pada saat Salomo yang ternyata diurapi sebagai raja, Adonia diliputi ketakutan. Kesombongannya mendadak luntur, digantikan wajah pucat pasi. Adonia buru-buru pergi dan memegang tanduk-tanduk (ujung-ujung) mezbah. Pada saat itu, tanduk-tanduk mezbah dipercayai merupakan lambang kemurahan, pengampunan, dan perlindungan Allah. Siapa pun yang memegang tanduk-tanduk tersebut tidak boleh dibunuh. Karena ketakutan akan dibunuh Salomo, Adonia bergegas memegang tanduk-tanduk itu.

Teens, Amsal 16:18 berbunyi, “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Teks Alkitab kita memperingatkan kita untuk tidak sok jago dan merasa diri hebat. Milikilah kerendahan hati meskipun kita mungkin punya kemampuan lebih dibandingkan teman-teman kita.