Mazmur 106:1-12

Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selamalamanya kasih setia-Nya.

(Mzm. 106:1)

Sebagai seorang remaja, emosi Elam begitu bergejolak. Hal ini membuatnya sering kali tidak sepaham dengan ayahnya. Beberapa kali Elam dan ayahnya bertengkar untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dibicarakan baik-baik. Meski demikian, sang ayah tidak mendendam. Ia mengerti bahwa anaknya yang beranjak remaja ini sedang bertumbuh melalui segala emosinya. Ia tetap peduli dan memperhatikan perkembangan Elam. Ia tetap mengasihi anaknya meski beberapa kali anaknya mengecewakannya dan membuatnya marah. Sang ayah sadar bahwa Elam sedang bertumbuh.

Apa yang ayah Elam lakukan kepada Elam juga sering kali dilakukan Allah pada umat-Nya. Allah berusaha mengerti tentang segala kesalahan umat-Nya karena mengetahui bahwa umat-Nya sedang bertumbuh. Ini pula yang dipersaksikan pemazmur. Pemazmur mengingatkan, bahkan di tengah segala kebebalan bangsa Israel, kasih setia Tuhan tidak pernah berhenti. Di tengah ketegaran hati bangsanya, pemazmur mengingat bahwa Allah tetaplah Allah yang setia. Allah senantiasa menyelamatkan dan membentuk bangsa Israel agar mereka makin kuat dan lekat pada
Tuhan.

Youth, kita dan bangsa Israel mempunyai kemiripan. Meski kita tahu Allah baik dan kita mensyukuri hal itu, kita tidak serta-merta dewasa dalam beriman. Kita masih sering bebal dan tegar hati. Meski berkali-kali kecewa, Allah mengerti bahwa kita sedang bertumbuh. Mungkin sekarang kita masih “remaja” dalam beriman, tetapi teruslah bertumbuh di dalam segala ajaran dan kasih setia-Nya. Ia senantiasa ada untuk kita. Jangan sia-siakan itu.

1. Apa yang membuat pemazmur bersyukur?

2. Apa kendala yang Anda hadapi untuk bersyukur akan Tuhan yang setia di hidup Anda?

Pokok Doa : Mensyukuri kesetiaan Tuhan.