Yohanes 13:1-17, 31-35

Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya.

Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya

pada pinggang-Nya ….

(Yoh. 13:4)

 

 

 

Apakah gereja Anda susah mencari pelayan atau aktivis? Apakah di dalam gereja Anda ada istilah “4L” atau “Lu lagi, Lu lagi”? Mengapa orang enggan terlibat dalam pelayanan di gereja? Mungkin saja karena pelayanan di gereja dianggap terlalu merepotkan. Jika ada kegiatan, mesti ada rapat dan itu tidak sebentar. Jam yang biasa dipakai untuk nongkrong terpaksa harus didedikasikan untuk rapat. Belum lagi jika berhadapan dengan generasi-generasi senior yang merasa tahu banyak tentang gereja. Terkadang hal-hal yang demikian membuat anggota gereja, khususnya kaum muda, memilih untuk menjadi pengunjung kebaktian biasa. Tidak sedikit yang berdalih “pelayanan bukan hanya ada di gereja,” padahal alasan sebenarnya adalah malas karena repot ini dan itu.

 

 

Bayangkan, jika Tuhan Yesus memilih untuk malas repot, misi kasih-Nya di tengah dunia pasti tidak akan selesai. Namun, Yesus tidak memilih itu. Ia tetap bersedia mengerjakan panggilan dan pelayanan-Nya meskipun repot dan tidak mudah. Dalam perikop ini, Ia bahkan bersedia melakukan pembasuhan kaki para murid—tugas yang biasanya dilakukan oleh para budak. Ia menanggalkan jubah-Nya, itu berarti Ia menanggalkan statusnya sebagai guru yang harusnya dilayani. Ia membersihkan bagian tubuh yang paling bawah, kotor, dan berdebu tanpa nyinyir. Ia mau meneladankan kepada para murid tentang makna melayani dan menyatakan pembasuhan yang akan dilakukan-Nya kelak.

 

 

Youth, apakah hati kita sedang enggan dan malas untuk direpotkan dengan panggilan sebagai orang Kristen, termasuk untuk melayani? Ingatlah teladan yang Yesus berikan: bersedia repot dan melayani dengan setia.

 

 

1. Bagaimana respons para murid saat Tuhan Yesus membasuh kaki mereka?
2. Hal apa yang membuat kita enggan pelayanan?

 

 

Pokok Doa: Tidak enggan ataupun lelah melayani Tuhan di gereja.