Mazmur 133

Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara –saudara diam bersama dengan rukun!

(Mzm. 133:1)

Teknologi kini ikut memengaruhi nadi kehidupan manusia. Wajar jika manusia masa kini selalu merasa ada yang kurang jika tak menggenggam gadget-nya. Bagaimana tidak? Di dalam gadget itulah semua interaksi terjadi, termasuk relasi berkeluarga. WAG keluarga dibuat sebagai upaya berkomunikasi sekaligus mendekatkan anggota keluarga yang terpisah, entah karena waktu, jarak, atau pun karena kesibukannya masing-masing. Namun, pertanyaannya apakah itu otomatis dapat merekatkan dan merukunkan relasi keluarga? Belum tentu!

Pemazmur mengingatkan bahwa hidup rukun adalah kondisi yang paling menyenangkan. Kata “rukun” sendiri memiliki makna kesatuan. Rukun bukan berarti tidak pernah bertengkar sama sekali. Rukun juga bukan berarti selalu tertawa gembira. Rukun itu menunjukkan arti saling menjaga dan melindungi satu sama lain. Rukun juga bicara soal
ketika terjadi perbedaan tidak membuat yang lain patah hati. Di dalam situasi rukun, tetap ada perbedaan dan masing-masing saling menerima perbedaan. Itulah yang dapat membuat relasi di dalam keluarga menjadi dekat dan erat. Situasi rukun itulah yang kemudian dikatakan Pemazmur seperti embun. Embun yang membasahi dan memberikan kehidupan bagi tumbuh-tumbuhan di sekitarnya.

Youth, dalam keluargalah hidup rukun itu harusnya dimulai. Senyum yang dapat diberikan langsung tanpa bantuan emoticon, emosi yang diluapkan tanpa tanda seru yang berkali-kali, atau gelak tawa yang dapat langsung terdengar tanpa sticker tertawa pada layar gadget kita. Kita bukan keluarga online, jadi bangunlah kerukunan dan kerekatan secara real.

1. Mengapa rukun menjadi situasi yang dianggap baik dan indah?
2. Hidup rukun seperti apa yang bisa Anda lakukan bersama anggota keluarga yang berbeda generasi dan pola pikir dengan Anda?

Pokok Doa: Keluarga yang rukun.