Filipi 1:29-30

Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia ….

(Filipi 1:29)

Tidak ada seorang pun yang ingin hidupnya menderita. Setiap orang ingin hidup bebas dari penderitaan karena penderitaan membuat hidup susah dan sakit. Setiap orang ingin hidup senang dan gembira, bebas lepas dari penderitaan. Dengan pemahaman seperti ini, tidak mengherankan apabila penderitaan acap kali dipandang sebagai hal yang negatif dan tidak ada hal yang positif sama sekali di dalamnya.

Paulus justru hendak mengajak pembacanya untuk memaknai pederitaan secara berbeda. Penderitaan dapat dipandang sebagai karunia. Bukan sembarang menderita, melainkan penderitaan karena mengikut Yesus. Yesus telah menderita untuk menebus manusia dari dosa. Karena itu, ketika orang percaya menderita karena mengikut Yesus, itu adalah anugerah. Paulus menyatakan bahwa penderitaan yang terjadi karena kebenaran itu bukan hal yang menyedihkan, melainkan hal yang membanggakan.

Teens, Yesus menderita demi menghadirkan kerajaan Allah. Demikian jugalah dengan kita. Tentulah tidak semua penderitaan itu positif. Ada penderitaan yang terjadi karena perbuatan buruk kita sendiri. Kita menderita saat mendapat hukuman karena kita, misalnya, berbohong atau menyontek. Tentu bukan penderitaan seperti itu yang dimaksudkan oleh Paulus. Penderitaan yang dimaksudkan oleh Paulus adalah penderitaan ketika kita melakukan sebuah kebenaran. Ketika kita menjadi orang benar, ketika kita berlaku jujur, lalu orang membenci kita, itu adalah penderitaan karena berbuat benar. Ketika kita mengungkap kebohongan yang dilakukan oleh orang lain, lalu orang lain membenci kita, itu adalah penderitaan karena kebenaran.