Filipi 2:15-18

… supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya ….

(Filipi 2:15)

Pernahkah kamu punya pengalaman hidup sebagai anak nakal? Contoh kenakalan itu, misalnya: menyontek, mencuri, dan berbohong. Ketika kita melakukan kenakalan tersebut, apakah itu hal yang dikehendaki Allah? Tentu saja itu tidak dikehendaki Allah. Ketika kita melakukan hal-hal yang tidak baik, kita justru sedang menjadi anak-anak yang dikuasai oleh kegelapan. Kita lupa bahwa kita ini adalah anak-anak Allah yang seharusnya mencerminkan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Paulus menyebut orang-orang percaya di jemaat Filipi sebagai anak-anak Allah. Yesus sendiri adalah Anak Allah yang taat pada kehendak Bapa-Nya. Karena itu, bagi Paulus, setiap orang yang percaya kepada Yesus adalah juga anak Allah. Setiap orang yang telah menerima Yesus dalam hidupnya adalah anak Allah. Setiap orang percaya yang melakukan hal-hal baik adalah anak Allah yang mengasihi Allah. Penegasan ini penting karena pada masa itu masyarakat di sekitar jemaat Filipi sering melakukan perbuatan yang tercela dan tidak baik. Di tengah tantangan yang demikian ini Paulus tetap mengimbau agar jemaat melakukan hal-hal yang baik karena mereka adalah anak-anak Allah. Anak-anak Allah tentulah harus melakukan yang baik yang dikehendaki Allah, bukan hal tercela.

Teens, kita ini adalah anak-anak Allah. Seorang anak tentulah harus taat kepada kehendak ayah dan ibunya. Demikian juga dengan kita yang mempunyai Allah sebagai Bapa kita. Setiap perbuatan kita harus mencerminkan perbuatan baik yang diteladankan oleh Yesus, Anak Allah. Allah tentunya menginginkan anak-anak-Nya melakukan apa yang baik dan tidak melakukan apa yang tidak baik. Segala perbuatan baik mencerminkan kehendak Allah. Segala perbuatan yang tidak baik mencerminkan apa yang bukan kehendak Allah. Jadilah anak-anak Allah di rumah, di sekolah, di mana pun kita berada.