1 Tawarikh 17:1-15

Tetapi kasih setia-Ku tidak akan Kuhilangkan dari padanya seperti yang Kuhilangkan dari pada orang yang mendahului engkau.
(1Taw. 17:13)

Kesetiaan dalam relasi antarmanusia umumnya dibicarakan dalam konteks hubungan romantis. Banyak film romansa yang mengangkat tema kesetiaan. Namun, kesetiaan juga menjadi salah satu aspek dalam konteks persahabatan dan relasi kerja. Setiap manusia berharap untuk mengalami kesetiaan dalam hidupnya.

Kitab Tawarikh menceritakan bagaimana Allah memulihkan janji atas kasih setia-Nya kepada Daud dan keturunannya. Melalui Nabi Natan, kita mendapatkan gambaran tentang perasaan Tuhan yang mau memulihkan relasi kasih setia-Nya yang telah dirusakkan oleh pendahulu Daud. Kesetiaan Tuhan selalu hadir bersama dengan kasih-Nya. Dalam janji penyertaan Tuhan ada kasih setia-Nya.

Youth, yang menjadikan relasi Tuhan dengan umat-Nya menjadi unik adalah kesetiaan-Nya berdasarkan kasih. Dalam berbagai bentuk relasi manusia, kesetiaan bisa saja dilakukan tanpa dilandasi kasih. Kewajiban, tanggung jawab, bahkan rasa takut bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk berlaku setia. Namun, jika kesetiaan dilandaskan pada kasih, maka kekecewaan tidak akan sampai membuat kita kehilangan kasih setia terhadap Tuhan dan terhadap orang yang kita kasihi. Tuhan selalu bersedia untuk memulihkan kasih setia-Nya kembali kepada umat yang telah mengecewakan-Nya. Oleh karena itu, kita pun diajak untuk melakukan hal yang sama. Mungkin kita pernah merasa kecewa kepada Tuhan karena harapan yang tidak terwujud, tetapi jangan sampai hal tersebut membuat kita tidak lagi setia dan mengasihi-Nya.

1. Apakah yang muncul pertama kali di pikiran ketika membaca Tuhan pernah menghilangkan kasih setia-Nya?
2. Bagaimana kita memaknai kesetiaan Tuhan?

Pokok Doa: Orang yang patah hati.