1 Raja-Raja 18:17-40

“Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.”

(1Raj. 18:21)

“Berikanlah aku kemurnian dan kemampuan untuk mengendalikan nafsu, tetapi jangan sekarang” (The Confession of St. Augustine). Kutipan itu menarik karena menunjukkan bagaimana sejatinya manusia ketika diperhadapkan pada pilihan. Manusia tahu betul berbuat dosa itu salah, tapi di sisi lain jadi penikmat dosa itu sendiri sehingga sulit untuk melepaskan diri. “Tahu” kadang tidak menjadi jaminan bagi seseorang untuk melakukan apa yang diketahuinya.

Umat Israel diperhadapkan pada pilihan untuk mengikuti Allah atau Baal! Elia dengan tegas mengingatkan umat agar hatinya tidak  bercabang. Antara Baal dan TUHAN (Yahweh), manakah yang Allah? Tentu saja TUHAN! Kalau sudah tahu hal itu, harusnya mereka tidak menyembah yang lain selain TUHAN. Namun, respons umat: “rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun” (ay. 21). Mereka diam bukan karena mereka tidak tahu, melainkan karena mereka ingin mencobai Tuhan! Mereka mau melihat siapa yang menang dalam pertarungan antara TUHAN dan Baal; itulah yang akan mereka percaya. Youth, sejak awal Baal memang bukan tandingan Tuhan. Oleh karena itu, melalui Elia yang hanya seorang diri, Allah mempermalukan Baal yang didukung ratusan nabi-nabi Baal. Umat ditegur untuk menyadari dan percaya bahwa TUHAN-lah Allah!

Youth, kita tahu betul siapa Tuhan yang kita imani. Namun, apakah pengetahuan itu mendasari seluruh perilaku hidup kita? Atau kita seperti orang Israel yang hanya sekadar tahu, tetapi tidak mau menaati Tuhan? Tuhan tidak punya kewajiban untuk membuktikan diri-Nya adalah Tuhan! Mengapa? Karena seluruh keberadaan diri kita adalah bukti dari eksistensi Allah itu sendiri.

1. Apa kesalahan terbesar umat Israel dalam perikop ini?

2. Apa hal yang sering kita lakukan yang bertentangan dengan iman kepada Tuhan?

Pokok Doa : Tidak bercabang hati, tetapi mengikut Tuhan dengan setia.