Matius 3:13-17

… lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

(Mat. 3:17)

 

 

Apa kata orang lain tentang diriku? Bagaimana orang lain memandang diriku? Pertanyaanpertanyaan semacam ini tidak jarang menggelisahkan kita. Di satu sisi, hal ini menunjukkan bahwa kita merasa bahwa orang-orang lain di sekitar kita belum tentu menerima kita. Di sisi lain, hal ini berarti kita membutuhkan penerimaan orang-orang di sekitar kita. Kita tidak ingin ditolak. Karena itu, kita berusaha menampilkan diri dengan sebaikbaiknya. Istilahnya “jaim”: jaga image. Hidup kita pun bergantung pada “apa kata orang” dan “pandangan orang lain” atas diri kita.

 

Dalam teks Alkitab hari ini, Yesus datang kepada Yohanes untukdibaptis olehnya. Dalam pandangan Yohanes, ini jelas tidak lazim. Seharusnya, Yesuslah yang membaptis Yohanes. Namun, Yesus menegaskan bahwa bagi-Nya yang penting adalah “menggenapi seluruh kehendak Allah”. Tampak bahwa Yesus berfokus pada “kehendak Allah”, bukan pada “apa kata orang dan pandangan orang lain” tentang diri-Nya. Justru karena itulah Yesus menerima peneguhan dari Roh Allah bahwa Ia adalah Anak Allah yang dikasihi dan bahwa Allah berkenan kepada-Nya.

 

Youth, sakramen baptis adalah momen yang menyatakan bahwa dalam Yesus, Allah menerima dan menyambut diri kita sebagaimana adanya. Kita bebas dan dapat secara leluasa menjadi diri kita sendiri karena Allah mengasihi diri kita dengan tulus dan sepenuh hati. Dengan demikian, hidup beriman seharusnya mendukung kita dalam proses untuk menjadi pribadi yang autentik dan berintegritas. Bukan sekadar jaim!

 

1. Apa makna peristiwa pembaptisan Yesus?

2. Apa kaitan antara hidup beriman dan proses menjadi pribadi yang autentik? 

 

 

Pokok Doa:

Agar Roh Kudus meneguhkan kita bahwa Allah mengasihi kita.