Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil ….

(Pkh. 11:6)

Semua orang di jemaat sudah tahu bagaimana sifat Opa Melki. Tiada hari tanpa ia mengeluhkan sakit penyakitnya. Selalu menggerutu ingin cepat-cepat mati saja. Jika duduk dengan anak-anak muda di gereja, Opa Melki selalu menceritakan kejayaannya di masa lalu, ketika ia masih muda dan aktif seperti mereka. “Hanya saja, sekarang …,” begitu biasanya kata-kata pendahuluannya yang menandakan segala keluhan dan gerutunya akan segera menyusul. Anak-anak itu sudah hafal gelagat orang tua itu. Awalnya mereka sangat bersimpati kepada Opa Melki. Mereka ingin menimba pengalamannya. Namun, sayangnya suasana selalu jenuh pada akhirnya. Sehingga, saat Opa sudah mulai menggerutu, anak-anak itu akan satu per satu mencari-cari alasan untuk pergi.

Sobat Lansia, menjadi cemerlang, aktif, dan berguna ketika kita masih muda dan kuat itu baik. Namun, alangkah baiknya juga apabila itu masih terus berlanjut sampai kita berusia senja, bukan? Walau mungkin tubuh kita sudah lemah dan gerakan kita sudah tidak selincah dulu. Masa muda yang penuh sukacita hendaknya juga diikuti dengan masa senja yang penuh sukacita pula. Tetaplah menabur walau sebatas membagikan pengalaman dan kebijaksanaan.

DOA:

Ya Tuhan, semoga semua yang sudah kami taburkan di masa muda kami dapat tumbuh dan berbuah sampai usia senja kami ini. Amin.