Kisah Para Rasul 10:44-48

“Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?”

(Kis. 10:47)

 

 

Relasi di antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat ditandai dengan dua kecenderungan: sikap eksklusif dan sikap inklusif. Sikap eksklusif cenderung berorientasi ke dalam kelompok dan hanya untuk orang-orang yang segolongan. Sementara itu, sikap inklusif cenderung terbuka terhadap orangorang yang berada di luar kelompok dan merangkul orang-orang dari golongan yang berbeda.

 

Para pengikut Yesus mula-mula hanya terdiri dari orang-orang Yahudi. Dalam teks Alkitab hari ini, mereka disebut dengan istilah “orang percaya dari golongan bersunat” (Kis. 10:45). Mereka tercengang-cengang karena melihat bahwa karunia Roh Kudus juga dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain. Tampak bahwa sebelumnya, sebagai orang Yahudi, mereka cenderung bersikap eksklusif. Mereka mengira bahwa Roh Kudus hanya dicurahkan untuk kelompok dan golongan mereka. Namun, Roh Kudus berkarya menembus batasbatas kelompok dan golongan. Roh Kudus mengundang mereka untuk membuka diri terhadap bangsa-bangsa lain dan merangkul orang-orang yang berada di luar kelompok dan golongan mereka.

 

Youth, sakramen baptis mengingatkan kita bahwa anugerah keselamatan disediakan Tuhan untuk semua orang. Demikianlah hidup beriman mengajak kita untuk melihat bahwa Tuhan mengasihi semua orang melampaui batas-batas kelompok dan golongan. Kita pun diundang untuk melakukan hal yang sama. Karena itu, marilah kita mengasihi semua orang dengan tulus, siapa pun mereka, apa pun suku, agama, ras, dan golongannya.

 

1. Mengapa orang percaya dari golongan bersunat tercengang-cengang?

2. Bagaimana kita menyikapi orang-orang dari kelompok dan golongan lain?

 

 

Pokok Doa:

Agar mengasihi semua orang, apa pun golongannya.