Yohanes 1:29-42

Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?”

(Yoh. 1:38)

 

 

Eugène Ionesco adalah seorang tokoh teater Prancis terkemuka di abad ke-20. Ionesco memulai sebuah revolusi dalam ide dan teknik drama yang kemudian dikenal sebagai “Teater Absurd”. Suatu kali Ionesco berkata, “It is not the answer that enlightens, but the question.” Artinya, bukan jawaban yang mencerahkan, melainkan pertanyaan.

 

Dalam Injil Yohanes, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan mengajukan sebuah pertanyaan, “Apakah yang kamu cari?” Pertanyaan ini ditujukan Yesus kepada kedua orang murid Yohanes Pembaptis yang hendak mengikut-Nya. Jawaban mereka atas pertanyaan ini diungkapkan dengan sebuah pertanyaan lain, “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” Selanjutnya, dikisahkan bahwa “hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia” (Yoh. 1:39). Tampak bahwa yang mereka inginkan adalah tinggal bersama-sama dengan Yesus. Istilah “tinggal” merupakan kata kunci yang penting dalam Injil Yohanes. Sebelumnya, Yohanes 1:32-33 menyebutkan bahwa Yohanes Pembaptis mengenali siapa Yesus ketika ia melihat Roh turun dari langit dan “tinggal” di atas-Nya. Menarik pula untuk diperhatikan bahwa setiap kali Yesus “tinggal” di suatu tempat/daerah, banyak orang di situ percaya kepada-Nya (Yoh. 4:40-41; 10:40-43).

 

Youth, pertanyaan “apakah yang kamu cari?” patut kita renungkan. Jawaban kita atas pertanyaan ini akan menentukan arah hidup yang hendak kita tempuh. Karena itu, renungkanlah hal ini: Apa yang benar-benar kita butuhkan jauh di lubuk hati kita? Apakah yang kita cari dalam hidup ini?

 

1. Apa keinginan kedua murid Yohanes Pembaptis?

2. Mengapa merenungkan pertanyaan hidup merupakan hal yang penting?

 

 

Pokok Doa:

Agar menjalani hidup dengan hikmat dan tuntunan Roh Allah.