Mazmur 15

Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya ….

(Mzm. 15:2)

 

 

Salah satu tantangan dalam hidup beragama adalah cara mengatasi kesenjangan antara sikap dalam ibadah dan sikap dalam hidup sehari-hari. Tidak jarang kita menyaksikan seseorang tampak saleh dan alim ketika ia beribadah. Namun, setelah ibadah selesai dengan mudahnya ia bertindak sewenang-wenang, kasar, dan ketus. Dualisme semacam ini sungguh menyedihkan. Ini mencerminkan
ketiadaan integritas.

 

Mazmur 15 biasanya dikategorikan sebagai mazmur pembukaan ibadah. Fungsinya adalah mengajak umat mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Tuhan. Mazmur 15:2-5 adalah undangan agar umat mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan, yakni kehidupan yang tidak bercela, dalam kebenaran dan keadilan. Perhatikanlah sikaps-ikap yang disebutkan oleh pemazmur: tidak menyebarkan fitnah, tidak berbuat jahat terhadap teman, tidak meminjamkan uang dengan makan riba, tidak menerima suap. Semua ini menyangkut sikap seseorang dalam hidup sehari-hari. Dalam hal ini, tampak bahwa ada kaitan erat antara ibadah dan moralitas, antara “liturgi” dan “etika”. Bagi pemazmur, keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

 

Youth, ibadah pertama-tama adalah momen ketika kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dalam momen yang kudus tersebut, kita diharapkan datang ke hadirat Tuhan dalam kebenaran dan keadilan. Demikianlah ibadah seharusnya mendorong upaya pembaruan sikap dalam hidup sehari-hari. Tidak ada lagi dualisme karena perjumpaan kita dengan Tuhan menuntut agar kita hadir sebagai pribadi yang berintegritas.

 

1. Bagaimana pemazmur menghayati makna ibadah?

2. Apa kaitan antara “ibadah” dan “integritas”? 

 

 

Pokok Doa:

Agar menjadi pribadi yang berintegritas.