Yohanes 15:9-17

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

(Yoh. 15:13)

Dashrath Manjhi adalah seorang miskin yang tinggal di pedalaman India. Suatu ketika, istrinya jatuh sakit. Untuk menuju rumah sakit terdekat, Manjhi harus berjalan mengitari bukit dengan waktu tempuh yang sangat lama. Akibatnya, sang istri meninggal sebelum mendapat perawatan medis. Hati Manjhi sangat terpukul. Manjhi tahu masalah utamanya adalah jalur perjalanan yang terlalu jauh dan lama. Manjhi pun bertekad untuk menggali dan memotong bukit yang menghalangi desanya. Ya, 22 tahun lamanya Manjhi menggali dan akhirnya berhasil. Dengan tangannya sendiri, ia membuat jalan pintas bagi warganya.

Pengorbanan oleh rasa cinta juga diteladankan Tuhan. Tuhan Yesus sangat mengasihi manusia sampai ia rela mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Ia memberi nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia yang berdosa. Ia berkorban supaya manusia sadar betapa hebat cinta Tuhan atas diri mereka. Tuhan tidak mau manusia binasa. Tuhan mau milik kepunyaan-Nya selamat dan beroleh hidup yang kekal. Itu sebabnya, Ia juga mengundang kita untuk tinggal di dalam kasih-Nya itu (ay. 9). Tuhan Yesus memotivasi kita untuk saling mengasihi, yaitu dengan kasih yang nyata dalam pengorbanan diri.

Youth, Dashrath Manjhi rela berkorban untuk penduduk desanya yang memiliki pergumulan sama seperti dia. Ia tidak mau ada lagi orang sakit yang mati di tengah jalan. Begitulah juga Kristus, pengorbanan dengan dasar cinta berdampak luas bagi kehidupan. Mari belajar mengasihi dengan rela berkorban bagi sesama. Berkorban bisa dengan mempersembahkan waktu, tenaga, ide, uang, bahkan nyawa untuk menolong dan menyelamatkan sesama.

1. Mengapa Yesus menyebut kita sebagai sahabat-Nya?
2. Apa dampak cinta Tuhan bagi kehidupan Anda?

Pokok Doa: Gerakan hati untuk dapat berkorban bagi sesama.